Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Jejak Malam Menempel di Embun

20 Juni 2019   05:19 Diperbarui: 20 Juni 2019   05:26 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Masih ada jejak malam yang membekas setelah menginjak embun. Sedangkan kau belum juga bangun. Kelelahan tadi malam telah membuat rasa tubuh remuk redam. Bukan karena telah menguasai malam, tapi telah berhasil membalas dedam.

Embun pagi telah membaca bahwa kau telah berhasil menjajakan cinta dalam sebuah pesta. Di sana ada masa lalumu yang berhasil kau perdaya. Semoga ini bukan cita-cita, tapi hanya untuk melepas beban yang menyiksa.

Jejak menempel di embun, butirannya pecah setelah terinjak ketika kau bergegas diam-diam dalam kebisingan pesta yang mengalun. Tanah masih basah, ketika unggas dari kandang turun. Pertanda pagi, waktunya lepas dari dendam sudahi dari peristiwa tadi malam. Bila tidak, hari ini akan menjadi sia-sia. Karena dendam hanya akan memperpanjang luka.

Sungailiat, 20 Juni 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun