Ia kembali ke Medan pada 1936 setelah pernikahannya, ia menerbitkan majalah Pedoman Masyarakat. Melalui karyanya Di Bawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, nama Hamka melambung sebagai sastrawan. Keinginan yang kuat untuk meningkatkan kemampuan diri diantaranya dapat berbahasa Arab untuk menjawab penolakan dari lembaga pendidikan di tanah kelahirannya merupakan komitmen Hamka yang bersungguh-sungguh karena itu ia sebagai sosok ulama favorit saya.Â
Hamka yang sempat dipenjara di era rezim Soekarno seiring peralihan kekuasaan ke Soeharto, Hamka dibebaskan pada Januari 1966. Ia sempat mengisi jadwal tetap ceramah di RRI dan TVRI. Hamka juga mencurahkan waktunya membangun kegiatan dakwah di Masjid Al-Azhar.Â
Sikap yang tegas dan independen dari seorang Buya Hamka tidak jarang keputusannya ketika menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bertentangan dengan pemerintah. Ketimbang didikte pemerintah ia lebih baik mundur dari jabatan sebagai ketua MUI. Sikap yang patut dicontoh oleh seluruh elemen bangsa ini bahwa Buya Hamka bukanlah sosok penjilat. Sebagai ulama ia tidak ingin menyesatkan ummatnya dengan melakukan pembenaran terhadap yang salah hanya karena mempertahankan jabatan.Â
Sosok seperti buya Hamka sulit tidak ditemukan di era sekarang ini. Karenanya bagi saya ia sosok favorit.Â
Salam dari pulau Bangka.Â
Rustian Al AnsoriÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H