Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Manusia Lumpur

19 Mei 2019   04:42 Diperbarui: 19 Mei 2019   05:03 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Diksinya putih
Diksinya bersih
Tapi bukan kitab suci

Keluar dari hati
Tapi tersekat benci
Dipenuhi kecamuk iri
Diksinya menjadi berduri
Diksinya banyak tersebunyi
Disembunyikan sandiwara
Disembunyikan pura-pura

Sebenarnya duka
Ia menulis gembira
Sebenarnya sedih
Ia menulis tertawa
Sebenarnya pedih
Ia menulis tak luka

Diksinya tidak jujur
Sedang membentur
Membuat bertempur
Apakah akan teracam hancur?
Sejak mula kita adalah manusia lumpur
Yang telah lama lebur
Yang dihanyutkan lahar dingin
Yang dibekukan angin

Kita bermula dari tanah
Akan kembali ke tanah
Kita semuanya sama
Lahir tanpa busana
Jangan buat berbeda
Jangan buat lupa
Awal dari segala sengketa

Sungailiat, 19 Mei 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun