Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bermula dari Ikan Pepes, Muncul Niat Boikot Plastik

10 Mei 2019   23:12 Diperbarui: 10 Mei 2019   23:36 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penggunaan plastik sekali pakai tak terbendung lagi bila tidak ada komitmen dari kita untuk menolak plastik, terutama ketika menghadapi para pedagang saat berbelanja untuk kebutuhan berbuka puasa maupun sahur.

Plastik kantong kresek untuk membawa belanjaan yang diberikan pedagang, bila terus diterima maka plastik akan menumpuk di  tempat sampah. Komitmen untuk tidak menggunakan plastik terutama sebagai wadah pembungkus makanan tercetus setelah istri membuat pepes ikan yang dibungkus dengan daun pisang.

Penggunaan daun sebagai alat pembungkus makanan sudah mulai ditinggalkan, sebagian besar telah digantikan dengan plastik tapi untuk ikan pepes sulit rasanya daun pisang sebagai pembungkus digantikan dengan plastik. Pasti rasanya tidak karuan dan tidak sehat karena  dampak plastik yang digunakan.

Dokpri
Dokpri
Saya dan istri berkomitmen mulai Ramadan 1440 H ini tidak akan membeli penganan yang menggunakan pembukus plastik, termasuk mulai membiasakan membawa tas sendiri dari rumah untuk menempatkan penganan dan barang belanjaan lainnya yang sudah dibeli.

Terkesan aneh bagi pedagang ketika saya menolak menggunakan plastik darinya untuk membawa barang belanjaan. Biarkan saja, karena sudah komitmen tidak akan menggunakan plastik. Kalau banyak orang seperti saya menolak menggunakan plastik yang ditawarkan pedagang, saya yakin para pedagang juga perlahan akan meninggalkan plastik.

Seperti ikan pepes yang sudah dikodratkan pembuatannya menggunakan daun pisang sebagai pembungkus, hingga saat ini masih tetap menggunakan daun pisang di daerah kami. Namun lontong yang dulunya hanya menggunakan daun sebagai alat pembukus, bisa menggunakan daun pisang maupun daun yang dulu banyak terdapat di daerah kami yakni daun Simpur.

Namun sekarang lontong sudah dibukus plastik. Semuanya serba plastik. Kalau ketupat tidak akan tergantikan tetap menggunakan daun kelapa. 

Dokpri
Dokpri
Bermula dari ikan pepes terbuat dari ikan Ciu buatan istri dengan bumbu yang terbuat dari campuran bawang putih, bawang merah, cabai, lengkuas, jahe, kunyit, kemiri,lada, serai, tomat dan garam secukupnya serta ditambah dengan daun salam, sangat enak disantap ketika berbuka puasa dan sahur, karenanya saya dan istri berkomitmen tidak akan menggunakan plastik.

Terasa bila makanan menggunakan daun sebagai pembungkus akan terasa lebih enak, seperti halnya rasa ikan pepes. Sebelum maraknya penggunaan plastik kresek, dulu alat pembungkus para pedagang di pasar Sungailiat, kabupaten Bangka menggunakan daun. Daun Simpur namanya, biasanya dipergunakan para pedagang ikan untuk membukus ikan, daging dan lain-lain.

Ingat daun Simpur ingat dengan Haji Hun sosok lansia dekat rumah saya tinggal waktu itu yakni di Air Ruai, Pemali sebagai sosok pekerja keras dalam usia 80 tahun lebih hingga akhir hayatnya berjualan daun Simpur, kemudian dijual kepada para pedagang di pasar sebagai alat pembungkus berbagai barang belanjaan.

Sebenarnya bila pedagang ingin menerima daun Simpur, alat pembungkus itu masih banyak tubuh di rawa-rawa maupun ditepi kolong (danau) bekas penambangan timah di daerah kami. Namun karena para pedagang ingin praktisnya, mereka beralih ke plastik sekali pakai. Pertimbangannya plastik lebih murah, bila dibandingkan dengan Daun Simpur. Sulit memang para pedagang meninggalkan plastik, untuk itu perlu adanya koitmen bersama menolak plastik sebagai sampah yang merusak lingkungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun