Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Pembinaan Atlet Pelajar Jangan Sebatas Seremonial

9 September 2019   21:21 Diperbarui: 11 September 2019   02:59 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalender event olahraga rutin dan lumayan banyak di kalangan pelajar setiap tahun digelar, mulai dari tingkat Kabupaten/kota, provinsi hingga nasional. 

Sebut saja Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), Kejuaraan Daerah (Kejurda), Pekan Oahraga Pelajar Daerah (POPDA), Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS), Liga Pendidikan (khusus sepakbola) dan lain-lain. 

Pembinaan olahraga di tingkat pelajar yang terprogram dengan baik merupakan langkah yang positif dalam pembinaan olahraga khususnya menjaring bibit-bibit atlet. Pemerintah memberikan perhatian terhadap regenerasi atlet berprestasi, benarkah?

Menurut saya, event olahraga yang banyak akan mendorong berlangsungnya pembinaan di klub-klub. Begitu pula olahraga pelajar, seharusnya pembinaan olahraga pelajar juga berlangsung di sekolah-sekolah yang dilakukan seorang pelatih profesional. 

Bukan hanya mata pelajaran olahraga yang diajar seorang guru olahrga, hanya untuk memenuhi nilai raport siswa. 

Tapi kenyataannya, tidak banyak sekolah yang menyelenggaraan pembinaan melalui kegiatan ekstra kulikuler. Alasan yang disampaikan pihak sekolah diantaranya karena sekolah tidak ada dana, setelah larangan pungutan kepada para orang tua siswa dantaranya melalui Komite Sekolah untuk menghindari sekolah terjerat pungli. 

Ketika ada event olahraga pelajar, pihak sekolah mencomot saja atlet yang sudah jadi yang dibina di klub-klub tempat siswa berlatih. Pihak sekolah tanpa mengeluarkan biaya dan tenaga, tapi mendapatkan nama harum karena prestasi siswa.

Realita pembinaan atlet pelajar yang tampak di daerah saya, seremonialnnya dominan terlihat setiap tahun tapi pembinaan berkelanjutan atlet pelajarnya tidak diperhatikan. 

Termasuk pula perhatian terhadap kesejahteraan atlet pelajar yang telah mengukir prestasi. Pemda setempat kurang memperhatikan kesejahteraan atlet pelajar (yunior) walaupun sudah berprestasi nasional. 

Buktinya, atlet Lalu M. Zohri dari Lombok, Nusantenggara Barat. Setelah meraih medali Emas di kejuaraan dunia yunior atletik di Finlandia, terungkap rumah kediamanya tidak layak huni. 

Sebelum meraih juara dunia, Lalu pasti sudah meraih juara nasional. Pemda setempat sudah selayaknya memberikan perhatian terlebih lebih awal, bukannya didahului pemerintah pusat. 

Lebih peduli presiden dari pada gubernur, kalau pemda mau membantu kan ada program rumah layak huni, tidak membebani gubernur bila ada perhatian dan niat membantu.

Dokpri
Dokpri
Sasaran pembinaan atlet pelajar adalah untuk pretasi olahraga jangka panjang. Banyak atlet pelajar, yang putus ditengah jalan ketika merintis prestasi karena kurangnya perhatian dalam pembinaan, baik pihak keluarga masing-masing atlet, pihak sekolah maupun Pemda. 

Pemda jangan hanya menyelenggarakan event olahraga yang telah menjadi kalender tetap, tapi hendaknya para atlet ada tindak lanjut pembinaan dalam pemusatan latihan di mulai di tingkat kecamatan hingga kabupaten/kota. Para atlet baru merasakan dibina dalam pemusatan latihan setelah menjuarai di tingkat provinsi. 

Mereka yang gagal menjuarai di tingkat provinsi kadang setelah event digelar tidak lagi melaksanakan latihan dengan program latihan yang diarahkan pelatih. Para atlet latihan sesukanya, hanya bermodalkan bakat alam. 


Kekurangan anggaran selalu menjadi alasan Pemda dalam pembinaan olahraga. Disamping kurangnya kepedulian pihak swata dalam pembinaan olahraga, khususnya di daerah. 

Untuk menggenjok prestasi atlet Indonesia ke tingkat dunia dalam waktu dekat ini tidak mungkin dilakukan, paling hanya bisa berharap dari cabang olahraga yang telah mendunia seperti Bulutankis, Angkat Besi dan beberapa cabang Beladiri. 

Memersiapkan atlet berprestasi dunia di masa depan dengan meningkatkan pembinaan atlet pelajar lebih serius bukan hanya sebatas seremonial tidak menutup kemungkinan dapat melahirkan atlet berprestasi dunia untuk berbagai cabang olahraga. 

Pembinaan olahraga yang hanya sebatas seremonial, hanya tekesan memenuhi program serta menghabiskan anggaran. Pembinaan olahraga di kalangan pelajar sudah saatnya mencakup seluruh pelajar hingga ke tingkat desa sehingga benar-benar terjaring atlet berbakat untuk dibina agar dapat  berprestasi dunia. 

Karenanya pihak sekolah dan wali murid sudah saatnya  bekerjasama dengan serius untuk membina putra putrinya dalam bidang olahraga sehingga dapat memberikan sumbangsih bagi bangsa dan negara sosok atlet yang mampu mengibarkan bendera merah putih di tangga juara event olahraga dunia seperti Olimpiade, Asian Games, Sea Games dan event lainnya. 

Salam dari pulau Bangka.
Rustian Al Ansori 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun