Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Intensitas Hujan Tinggi, Ancaman Bagi Wilayah yang Kerap Alami Kerusakan Alam

10 Maret 2019   23:40 Diperbarui: 11 Maret 2019   11:29 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SD Negeri di Deniang, Riau Silip tergenang banjir (dokpri)

Pulau Bangka merupakan wilayah penambang timah. Kerusakan alam akibat penambangan baru benar-benar dirsakan 5 tahun terakhir ini, khususnya dampak dari kegiatan penambangan di darat. 

Selama ini sudah ratusan tahun kegiatan penambang timah baru 5 tahun terakhir ini ini dampak kerusakan alam itu, ketika tingkat intensitas hujan tinggi memicu terjadinya banjir.

Banjir terbesar melanda wilayah pulau Bangka terjadi akhir tahun 2013. Sejumlah wilayah seperti Bangka Selatan, Bangka Barat dan kota Pangkalpinang di landa banjir. Jembatan rusak sehingga akses transportasi darat putus. Semua elemen masyarakat di daerah itu sepakat menilai, penyebabnya adalah kegiatan penambangan timah.

Banjir di desa Kayu Besi, kecamatan Puding Besar, kabupaten Bangka (dok. WA Grup Bangka Setara)
Banjir di desa Kayu Besi, kecamatan Puding Besar, kabupaten Bangka (dok. WA Grup Bangka Setara)
Beberapa tahun terakhir ini kegiatan penambangan di darat berlangsung masif. Daerah aliran sungai rusak, lahan- lahan rusak, daerah perbukitan juga mengalami kerusakan, termasuk juga fasilitas umum seperti jalan dan rumah penduduk terancam karena kegiatan penambangan. 

Penambangan berlangsung baik secara legal maupun tanpa izin (ilegal). Setelah beberapa wilayah tergenang air 5 tahun lalu, pada tahun berikutnya setiap kali intensitas hujan tinggi akan terjadi banjir di wilayah yang menjadi langganan banjir. 

Seperti di kabupaten Bangla, ketika awal Maret 2019 ini terjadi hujan yang hanya berlangsung petang hari hingga pagi keesokan harinya beberapa wilayah yang langganan banjir kembali tergenang air, termasuk beberapa fasilitas jalan dan rumah sekolah serta rumah penduduk terendam banjir. 

SD Negeri di Deniang, Riau Silip tergenang banjir (dokpri)
SD Negeri di Deniang, Riau Silip tergenang banjir (dokpri)
Banjir paling parah terjadi di desa Kayu Besi, kecamatan Puding Besar. Alir air di Sungai Kayu Besi meluap sehingga merendam jalan raya untuk akses jalan dari Sungailiat menuju Muntok, Bangka Barat. 

Meluapnya air sungai juga dikhawatirkan buaya yang menghuni sungai tersebut menyerang warga, seperti peristiwa banjir tahun lalu. Sempat ketika banjir pekan lalu, Dinas sosial Kabupaten Bangka mendirikan dapur umum untuk membantu warga. Namun banjir hanya berlangsung sehari saja, seiring berhentinya hujan.

Jalan rusak terbelah tidak bisa dilewati karena terjangan banjir di Sungailiat (dok. WA Grup Bangka Setara)
Jalan rusak terbelah tidak bisa dilewati karena terjangan banjir di Sungailiat (dok. WA Grup Bangka Setara)
Wilayah lainnya yang terdampak banjir yakni di Sungailiat. Tepatnya jalan di wilayah kelurahan Kuday yang berbatasan dengan desa Karya Makmur dan desa Air Ruai terbelah karena kencangnya arus air. 

Termasuk jembatan di wilayah kecamatan Riau Sikip mengalami kerusakan. Titik-titik banjir, sebagai daerah langganan banjir sudah diketahui khususnya berada di daerah aliran sungai.

Dengan adanya ramalam cuaca dari BMKG bakal terjadinya intensitas hujan tinggi hingga pertengah Maret 2019 ini, daerah yang wilayahnya mengalami kerusakan alam dan langganan banjir sudah seharus melakukan antisipasi, tidak menunggu setelah suatu wilayah tergenang banjir. 

Ketika sudah diketahui mulai turun hujan deras, Dinas sosial  maupun tim Pennanggulangan Bencana beserta relawan sudah harus berada di lokasi yang bakal terjadi banjir sehingga warga setempat dengan segera dapat dievakuasi. 

Intensitas hujan tinggi, menjadi ancaman bagi wilayah yang mengalami kerusakan alam seperti halnya di pulau Bangka. Setiap kali turun hujan untuk selalu waspada, mengingat kerusakan alam tidak dapat dipulihkan dalam waktu yang singkat. 

Seperti terjadinya kerusakan alam di pulau Bangka akibat penambangan timah sudah benar-benar parah. Bila anda melakukan penerbangan ke pulau Bangka dapat terlihat dari udara begitu parahnya kerusakan alam pulau Bangka akibat penambang timah.

Prinsip, “sedia payung sebelum hujan” harus tetap terpatri guna mengantisipasi terjadinya banjir dan bencana alam lainnya yang diakibatkan hujan seperti tanah longsor, pohon tumbang, angin kencang dan petir.

Salam dari pulau Bangka.
Rustian Al Ansori

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun