Ditemukan kasus Demam Berdarah (DBD) di Kampung Batu Sungailiat, kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bulan lalu. Diketahui ada 7 orang warga setempat terkena DBD. Penderita DBD yang terdiri dari anak-anak dan orang dewasa itu langsung diantar keluarga mereka untuk dirawat di RSUD Depat Bahrin Sungailiat.
Jumlah warga terkena DBD yang mencapai 7 orang telah menjadi masalah serius, kecemasanpun muncul dari warga setempat karena takut terjangkiti.Â
Tokoh pemuda Kampung Batu Dian Firmansyah mengungkapkan kecemasannya, hawatir DBD meluas di kampung tempat tinggalnya menjangkiti warga yang lain.Â
Saya sempat diajak Dian menemaninya ke Dinas Kesehatan kabupaten Bangka untuk meminta langkah awal guna menekan penyebaran DBD dengan meminta bantuan fogging.Â
Pengasapan yang dilakukan bertujuan untuk mematikan nyamuk Aedes Aegepty, penyebar DBD yang sudah berkembang biak di Kampung Batu. Tidak mudah permintaan itu segera ditindaklanjuti. Tapi keinginan Dian untuk segera dilakukan karena hawatir keluarganya juga terjangkiti.Â
Saya ambil langkah berikutnya yakni menelpon Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Armendo, karena Kepala Bidang yang menerima kami tidak bisa memastikan kapan fogging dilakukan.Â
Armendo memberikan kepastian akan mengecek kondisi korban DBD di RS Depati Bahrin dan melihat kondisi lingkungan. fogging pun dapat dilakukan sesuai harapan.Â
fogging dilakukan tidak cukup diluar rumah, juga harus dilakukan di dalam rumah karena nyamuk sudah berada di dalam rumah. Untuk melakukan fogging di dalam rumah, tidak semua pemilik rumah mengizinkan ini juga menjadi masalah baru sehingga fogging tidak maksimal dapat membunuh nyamuk dewasa sebagai penyebab DBD.
Setelah dilakukan fogging, warga Kampung Batu menggiatkan kegiatan kebersihan lingkungan. Warga bergotongroyong membersihkan lingkungan. Menurut tokoh pemuda Kampung Batu Dian, dari 7 warga yang terkena DBD dengan tempat tinggal berdekatan dan diantaranya satu keluarga.Â
Setelah dilakukan kegiatan bersih-bersih kampung terungkap bahwa di rumah tersebut banyak terdapat sampah plastik yakni botol plastik dan gelas plastik bekas kemasan minuman mineral.Â
Diduga inilah sumber DBD karena di dalam sampah plastik tersebut terdapat genangan air yang telah menjadi tempat jentik-jentik hingga menjadi nyamuk dewasa.
Wargapun membersihkan sampah plastik dan menimbunnya agar tidak ada lagi genangan air. Fogging telah dilakukan, namun bila tidak diikuti dengan membersihkan lingkungan terutama tempat-tempat yang berpotensi dapat menjadi genangan air, termasuk sampah plastik yang dapat menjadi genangan air akan sia-sia.Â
Kasus demam berdarah yang terungkap bulan lalu di Kampung Batu Sungailiat, menjadi pembelajaran bagi warga setepat betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegepty. Utamanya menindaklajuti seruan Dinas Kesehatan untuk melakukan gerakan 3M yakni:Â
- Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain.Â
- Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya.
- Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.Â
Tidak hanya itu, juga dapat diikuti dengan melakukan 3M Plus secara berkelanjutan khususnya pada musim penghujan yaitu:Â
- Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
- Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk.
- Menggunakan kelambu saat tidur.
- Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk.
- Menanam tanaman pengusir nyamuk.
- Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah.
- Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.Â
Mencegah lebih baik,dari pada mengobati. Jargon itu tetap jitu. Lingkungan bersih, cerminan warga hidup sehat. Cara tepat mencegah berbagai penyakit, khususnya DBD.Â
Salam dari pulau Bangka.Â
Rustian Al Ansori.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H