Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Imlek Menyatukan Tionghoa dan Melayu Bangka, Fan Ngin-Tong Ngin Jit jong

5 Februari 2019   08:37 Diperbarui: 6 Februari 2019   20:07 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga Selasa pagi (5/2) sebelum pukul 06.00 Wib masih terdengar sesekali suara letusan kembang api. Suara letusan ramai terdengar di Sungailiat, kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyambut tahun baru Imlek 2570 sejak pukul 00.00 Wib. 

Hari ini juga sebagian besar kegiatan perdagangan di pasar Sungailiat tutup, karena sebagian besar pedang merupakan warga Tionghoa sedang merayakan Imlek. Yang masih tampak kegiatan perdagangan di pasar Kite lokasi pedagang sayur-sayuran, ikan dan daging yang sebagian besar pedagangnya warga Melayu. Pasar Sungailiat sepi saat perayaan Imlek. 

Suasana ini sudah berlangsung lama. Tradisi perayaan Imlek hingga saat ini masih bertahan ketika warga Tionghoa membukakan pintu untuk para tamu yang datang tidak hanya warga Tionghoa saja, namun juga warga Melayu yang beragama berbeda juga datang bertamu. Demikian pula sebaliknya ketika warga muslim yang merayakan lebaran, juga warga Tionghoa datang bertamu. 

Budaya saling kunjung-mengunjungi ini yang tetap beratahan hingga saat ini bukti bahwa warga disini hidup rukun, tidak mempermasalahan perbedaan. Kebinekaan yang diwariskan para pendahulu antara warga Tionghoa dan Melayu, di Bangka yang dikatakan warga Tionghoa dengan sebutan “Tongin, Fan Ngin Jit Jong” ( Melayu, Tionghoa sama saja).

Dokpri
Dokpri
Tongin, Fan Ngin Jit Jong” kembali diucapkan ketika Festival Harmoni Imlek, Senin malam (4/2) digelar warga Tionghoa Jalan Laut, Kelurahan Matras, Sungailiat. Inti dari  Tongin, Fan Ngin Jit Jong adalah kebersamaan dan kebinekaan, yang juga disampaikan Asisten perekonomian dan Pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Yanuar, yang mewakili Gubernur Kepulauan Bangka Belitung. Event Harmoni Imlek dikatakan Yanuar, telah menjadi event budaya sebagai daya tarik wisata bagi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Ketika Imlek saat ini, kunjungan ke Bangka Belitung meningkat. Dampak dari banyaknya warga Tionghoa yang mudik dari perantauan yang berasal dari berbagai daerah maupun luar negeri, yang ingin merayakan Imlek bersama keluarga mereka berdampak kepada mahalnya harga tiket penerbangan. Kesempatan perayaan imlek merupakan momentum yang tepat untuk mempromosikan pariwisata daerah. Harmoni itu terlihat jelas.

Dokpri
Dokpri
Kampung Jalan Laut sebagai lokasi kegiatan festival Harmoni Imlek pada malam hari semarak dengan lampion. Pusat kegiatan berlangsung di halaman Kelenteng Amal Bakti, sejumlah pejabat daerah hadir selain Asisten Pemprov Kepulauan Bangka Belitung, juga kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Rivai, Wakil Bupati Bangka Syahbudin, Sub Bidang dua Kementerian Pariwisata RI Ihsan dan pejabat lainnya. 

Wakil Bupati Bangka Syahbudin atas nama Pemerintah Daerah menyampaikan dukungan terhadap kegiatan festival yang menampilkan berbagai perlombaan. 

Harmoni juga tercermin dalam penampilan acara pembukaan dengan memadukan antara budaya Tionghoa dan Melayu. Ketika penyambutan para tamu digelar tari sambut yang merupakan adat Melayu, tak lupa berdampingan dengan ditampilkan Barongsai

Dokpri
Dokpri
Harmonisasi dalam kerukunan hidup antar ummat bergama di Bangka bukan lagi pencarian keselarasan, tapi sudah melangkah untuk memperkuatnya menjadi modal guna mewujudkan kedamain hidup di daerah ini. 

Saya masih melihatnya ketika peryaan Imlek 2570 di Sungailiat, begitu pula saat festival Harmoni Imlek 2570 yang hadir juga tidak hanya warga Tionghoa namun juga msyarakat Melayu, baik meraka yang hadir hanya sekedar menyaksikan namun juga para pejabat daerah yang berasal dari berbagai suku dan agama.

Kebersamaan dalam Imlek antara Tionghoa dan Melayu telah mewujudkan harmoni yang indah yang namanya kerukunan. Dari pulau Bangka saya berkisah Imlek yang selalu meriah, setidaknya saya akan berjumpa kembali dengan teman-teman satu kampung yang sudah lama tidak pulang tapi karena Imlek mereka mudik. Kebersamaan tetap terjalin dengan teman-temanku yang tak ingin disebut Cina, tapi lebih suka disebut Tionghoa. Gong Xi Fa Chai.

Salam dari pulau Bangka.

Rustian Al Ansori

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun