Saya pernah berkomunikasi dengan Basuki Tjahaya Purnama (BTP) ketika Pilkada Gubernur Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007, saat untuk pertama kalinya Pilkada dilaksanakan secara langsung di Bangka Belitung.
Usia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung waktu itu hampir menginjak 7 tahun. Gubernur inkamben yakni Hudarni Rani juga turut serta sebagai calon dalam Pilkada walau pada akhirnya harus kalah dan suaranyapun jauh dari BTP. Namun BTP harus kalah dari Eko Maulana Ali, mantan Bupati Bangka. Eko Maulana Ali ditetapkan sebagai Gubernur Kepulauan Bangka Belitung priode 2007 - 2012.
Komunikasi saya dengan BTP, yang mantan Bupati Belitung Timur itu hanya via telepon. Saya masih sebagai reporter radio waktu itu, menanyakan bagaimana perolehan suara yang telah diraih sementara di wilayah Pulau Belitung.
" Pendengar, kita sudah tersambung dengan salah satu calon Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Basuki Tjahaya Purnama, selamat siang pak Basuki,"
" Siang." jawabnya tegas.
" Saya, panggil Ahok saja ya pak."
" Ya."
Dialog yang disiarkan secara langsung itu berjalan dinamis, Ahok bicara meletup - letup terkesan tendensius. Apa adanya Ahok, tidak sungkan - sungkan menuduh lawan politiknya yakni kandidat Gubernur yang lain yang diketahuinya melakukan money politik, memberi beras, uang dan lain - lain. Begitulah Ahok yang berani mengungkapkan secara blak - blakan. Ucapannya tidak pernah terbukti, tidak ada calon yang terkena sanksi.Â
Siang itu sekitar puluk 14.30 WIB, Ahok berani klim memenangkan suara di Pulau Belitung. Tapi apalah artinya kalau hanya mengandalkan suara di Pulau Belitung, sementara jumlah mata pilih di pulau Bangka jauh lebih banyak. Ketika rekaman siaran live itu kembali diputar keesokkan harinya  dalam suatu acara yang melibatkan pendengar, mendapat berbagai tanggapan. Kebetulan saya juga yang memandu acara itu, ada salah satu pendengar melontarkan kata emosional dengan menyebut Ahok sebagai Dajal. Jadi, sebutan itu untuk Ahok bukan pertama kalinya dicetuskan Amien Rais, seperti dikutip disejumlah media ketika maraknya kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok menjelang Pilgub DKI Jakarta.
Ketika Pilkada Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Ahok adalah satu - satunya calon yang paling mudah dihubungi. Nomor telepon lamanya masih tersimpan di HP ku, mungkin nomor itu sudah tidak aktif lagi sejak ia berkiprah di DKI Jakarta sebagai Wakil dan Gubernur. Walau akhirnya Pilkada di Bangka Belitung dimenangkan Eko Maulana Ali. Sama halnya dengan di DKI Jakarta isu Sara juga menerpa Ahok ketika Pilkada di Bangka Belitung, termasuk penggunaan surat Al Madinah oleh lawan politik Ahok. Namun  Ahok yang emosional, lupa dengan Jakarta yang bukan kampungnya walau itu negerinya Indonesia. Kalau di kapungnya tidak memicu gerakan seperti yang ada di Jakarta. Ia yang telah dituduh sebagai penista agama, hingga berakhir di jeruji besi. Tanggalnya 24 Januari 2019, kabarnya Ahok akan bebas.
Kabar lainnya setelah bebas, Ahok akan menikah. Selamat buat pak Ahok. Walau ia tidak mengenalku, tak salah kan menyampaikan ucapan selamat? Jadi tidak mungkin ia akan mengundang. Kalau saya diundang Ahok dalam acara resepsi pernikahannya, saya akan buat tulisan reportase tentang pernikahannya di Kompasiana.Â