Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok Tak Akan Meninggalkan Panggung Politik

23 Januari 2019   11:21 Diperbarui: 24 Januari 2019   10:59 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nasional.kompas.com

Saya pernah berkomunikasi dengan Basuki Tjahaya Purnama (BTP) ketika Pilkada Gubernur Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007, saat untuk pertama kalinya Pilkada dilaksanakan secara langsung di Bangka Belitung.

Usia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung waktu itu hampir menginjak 7 tahun. Gubernur inkamben yakni Hudarni Rani juga turut serta sebagai calon dalam Pilkada walau pada akhirnya harus kalah dan suaranyapun jauh dari BTP. Namun BTP harus kalah dari Eko Maulana Ali, mantan Bupati Bangka. Eko Maulana Ali ditetapkan sebagai Gubernur Kepulauan Bangka Belitung priode 2007 - 2012.

Komunikasi saya dengan BTP, yang mantan Bupati Belitung Timur itu hanya via telepon. Saya masih sebagai reporter radio waktu itu, menanyakan bagaimana perolehan suara yang telah diraih sementara di wilayah Pulau Belitung.

" Pendengar, kita sudah tersambung dengan salah satu calon Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Basuki Tjahaya Purnama, selamat siang pak Basuki,"

" Siang." jawabnya tegas.

" Saya, panggil Ahok saja ya pak."

" Ya."

Dialog yang disiarkan secara langsung itu berjalan dinamis, Ahok bicara meletup - letup terkesan tendensius. Apa adanya Ahok, tidak sungkan - sungkan menuduh lawan politiknya yakni kandidat Gubernur yang lain yang diketahuinya melakukan money politik, memberi beras, uang dan lain - lain. Begitulah Ahok yang berani mengungkapkan secara blak - blakan. Ucapannya tidak pernah terbukti, tidak ada calon yang terkena sanksi. 

Siang itu sekitar puluk 14.30 WIB, Ahok berani klim memenangkan suara di Pulau Belitung. Tapi apalah artinya kalau hanya mengandalkan suara di Pulau Belitung, sementara jumlah mata pilih di pulau Bangka jauh lebih banyak. Ketika rekaman siaran live itu kembali diputar  keesokkan harinya  dalam suatu acara yang melibatkan pendengar, mendapat berbagai tanggapan. Kebetulan saya juga yang memandu acara itu, ada salah satu pendengar melontarkan kata emosional dengan menyebut Ahok sebagai Dajal. Jadi, sebutan itu untuk Ahok bukan pertama kalinya dicetuskan Amien Rais, seperti dikutip disejumlah media ketika maraknya kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok menjelang Pilgub DKI Jakarta.

Ketika Pilkada Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Ahok adalah satu - satunya calon yang paling mudah dihubungi. Nomor telepon lamanya masih tersimpan di HP ku, mungkin nomor itu sudah tidak aktif lagi sejak ia berkiprah di DKI Jakarta sebagai Wakil dan Gubernur. Walau akhirnya Pilkada di Bangka Belitung dimenangkan Eko Maulana Ali. Sama halnya dengan di DKI Jakarta isu Sara juga menerpa Ahok ketika Pilkada di Bangka Belitung, termasuk penggunaan surat Al Madinah oleh lawan politik Ahok. Namun  Ahok yang emosional, lupa dengan Jakarta yang bukan kampungnya walau itu negerinya Indonesia. Kalau di kapungnya tidak memicu gerakan seperti yang ada di Jakarta. Ia yang telah dituduh sebagai penista agama, hingga berakhir di jeruji besi. Tanggalnya 24 Januari 2019, kabarnya Ahok akan bebas.

Kabar lainnya setelah bebas, Ahok akan menikah. Selamat buat pak Ahok. Walau ia tidak mengenalku, tak salah kan menyampaikan ucapan selamat? Jadi tidak mungkin ia akan mengundang. Kalau saya diundang Ahok dalam acara resepsi pernikahannya, saya akan buat tulisan reportase tentang pernikahannya di Kompasiana. 

Ia tidak mau lagi dipanggil Ahok, lebih suka dipanggil BTP, begitu kabar terakhir. Singkatan kata, panggilan yang diinginkan sama halnya dengan politisi-politisi yang lain sebagai brand, mudah diingat juga akrab. Telihat bahwa ahok sedang bersiap - bersiap kembali ke panggung politik. Ahok tidak pernah bisa lari dari politik. Walau ia terkenal dengan politisi kutu loncat yakni pindah - pindah partai. Ahok lebih condong bergabung dengan partai yang kuat (berkuasa). Lihat saja sepakterjangnya, ketika mencalonkan diri sebagai Bupati Belitung Timur ia dari partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) , kemudian gagal Pilkada Gubernur Kepulauan Bangka Belitung mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI asal Bangka Belitung dari partai Golkar, kemudian ketika mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta dari partai Gerindra. Melihat rekam jejak Ahok dalam perjalanan politiknya, setelah menyelesaikan masa tahanan kemungkinan besar akan terjun kembali ke panggung politik dengan bergabung bersama partai besar kemungkinan seperti PDI Perjuang, bisa pula Partai Nasdem.

Setelah keluar dari penjara, Ahok saya yakin akan kembali ke panggung politik nasional. Apakah Ahok akan mendirikan partai baru? Sepertinya tidak, melihat gaya Ahok ia lebih suka bergabung ke partai politik yang memiliki kekuatan besar (banyak kursi di legeslatif) untuk meluluskan keinginan politiknya, bukan untuk membesarkan dan membangun parpol itu. Tapi kali ini setelah menjalani pembinaan di "ponpes" (pondok pesantren) Mako Brimob, saatnya Ahok berubah agar tidak menjadikan partai politik sekedar sebagai keretanya tapi mengabdi kepada partai, kalau di PDI Perjuang dikenal sebagai petugas partai.

Terkait dengan ia tidak ingin lagi dipanggil Ahok tapi BTP, menurut saya ia memilih BTP karena lebih melenial dan gaul ketimbang nama Ahok yang kendengarannya jadul yakni panggilan untuk warga Tinghoa jaman dulu. Lagi-lagi menuru saya, lebih familier dipanggil Ahok ketimbang BTP.

Inilah catatan singkat saya tentang Ahok, yang saya tahu yang sebentar lagi akan bebas dan  mengirup udara segar setelah menjadi terpidana kasus penistaan agama.

Salam dari pulau Bangka. 

Rustian Al Ansori 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun