Pulau yang pernah kau pijak masih seperti dulu. Kegiatan penambangan timah masih membelenggu. Ikan laut di air yang keruh telah kelihatan dungu. Penambang liar berlarian ketika diburu. Masih belum berubah. Masih hidup dari timah.
Seruan, pikiran, ide cemerlang memikirkan pasca kehabisan timah di pulau tua bangka. Hanyalah seruan yang belum bisa menggantikan. Kisah pengganti timah baru cerita. Timah, emas hitam menjadi pemikat peradaban lama peninggalan purba.
Pulau tua bangka yang tak juga renta. Tapi tulang sudah keropas terus disedot hingga ratusan tahun yang menua. Masih ada sisa pantai berpasir putih terhampar. Bila dibiarkan juga akan terkapar. Dirambah penambang liar yang lapar.
Pulau Bangka yang berhadapan dengan laut Natuna. Yang sedang mendandani pariwisata. Daratan indah yang ternoda. Seperti biasa aku hanya biasa kirimkan salam dari pulau yang sudah tua bangka.
Sugailiat, 17 September 2018
Oleh : Rustian Al Ansori
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H