Tradisi selesai melaksanakan puasa sunah 6 hari di bulan Syawal dilakukan warga desa Air Duren, kecamatan Mendo Barat, kabupaten Bangka. Kali ini saya berkesempatan untuk hadir. Berangkat dari Sungailiat, tempat saya tinggal berjarak sekitar 30 km. Dengan mobil bersama teman - teman, dalam waktu sekitar 25 menit telah tiba di desa yang tidak jauh lokasinya dengan Sekolah Polisi Negara di Lubuk Bunter.
Saya tiba di desa Air Duren Minggu pagi (8/7) pukul 08.15 WIB sudah terdengar para jemaah di dalam masjid Mardiatul Jannah membacakan syalawat dan doa mengawali acara yang dipimpin tokoh agama setempat. Di dalam masjid juga sudah berkumpul para jemaah dan deretan dulang yang tertutup tudung saji berisikan berbagai penganan, dibawa dari rumah warga dengan setiap rumah membawa satu dulang karena itu adat ini juga disebut di kabupaten Bangka dengan adat Sepintu Sedulang.
Menurut Warga setempat Ma'ruf (50 tahun), tradisi ini sudah ada sejak ia masih usia anak - anak. Namun setelah tahun 2000, yakni setelah terbentuknya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tradisi ini digelar dengan meriah oleh warga setempat layaknya lebaran.
Saya masuk ke masjid, sudah banyak jemaah yang hadir termasuk Bupati Bangka yang diwakili staf Ahli Bupati Zulkarnain Idrus.
Kesempatan itu staf Ahli Zulkarnain Idrus mengatakan, tradisi ini merupakan momentum yang sangat baik terutama dalam meningkatkan silaturahmi, yang dianjurkan dalam Islam.
“ Silaturahmi akan memperpanjang umur, serta memperkuat persatuan dan kesatuan ummat,” ujarnya.
Mengutip hadist nabi, Zulkarnain Idrus menjelaskan puasa enam hari di bulan Syawal setelah melaksanaan puasa di bulan Ramadhan sebulan penuh yang pahalanya sama dengan berpuasa selama satu tahun. Diharapkannya tradisi yang dilakukan warga desa Air Duren dapat dipertahankan, selain untuk terus menjalankan puasa sunah di bulan Syawal juga menjadi ciri khas desa setempat.
Namun tahun ini kembali dilaksanakan, tidak hanya di masjid namun juga di rumah - rumah warga juga menjamu para tamu yang datang. Diharapkannya kondisi ekonomi masyarakat terus meningkat di masa mendatang, sehingga warga desa Air Duren dapat berbagi dalam tradisi buka puasa enam.
Kesempatan itu Zainudin juga minta masyarakat untuk tidak ada lagi perbedaan ketika Pilkada Bupati dan Wakil Bupati Bangka lalu, tapi dapat kembali bersama - sama meninggalkan perbedaan untuk melaksanakan pembangunan di desa Air Duren khususnya dan kabupaten Bangka umumnya.
Diakuinya, pelaksanaan Pilkada lalu tingkat partisipasi masyarakat yang menggunakan hak suaranya menurun yakni sekitar 70 % bila dibandingkan dengan Pilkada sebelumnya partisipasi masyarakat mencapai sekitar 80%.
Perayaan tradisi buka puasa enam di desa Air Duren juga warga setempat menggelar adat Nganggung, yakni membawa satu dulang dari satu rumah yang berisi berbagai penganan untuk selanjutnya disantap bersama - sama setelah berlangsungnya tausiah dan doa bersama di masjid.
Tiba waktunya menikmati isi dulang. Berbagai pengaman tersaji dari ketupat dan lauk pauknya, kue , buah - buahan termasuk durian. Kami pun menyantap bersama - sama.
Digelarnya adat Nganggung juga sebagai bentuk rasa syukur warga setempat setelah selesai melaksanakan puasa enam hari di bulan Syawal. Setelah itu rumah - rumah warga desa Air Duren juga menerima tamu yang datang, baik warga desa setempat juga berasal dari luar desa Air Duren dengan dihidangkan berbagai penganan layaknya perayaan hari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha, bahkan beberapa rumah mendirikan tenda di halaman rumah.
Desa Air Duren juga sedang musim buah durian. Aroma durian juga semerbak di rumah - rumah warga, ketika saya meninggalkan desa ini.
Salam dari pulau Bangka.
Rustian Al Ansori