Embun telah membasahi kertas berisikan sajak
Setelah banyak kaki yang menginjak
Kutemui di jalan setapak
Ketika matahari belum nampak
Kertas yang basah sulit bisa terbaca
Karena tinta yang mengembang sulit kata dieja
Sajak terlihat dari susunan kalimat dalam rangkaian kata
Walau bait tak utuh karena tulisan mengembang membikin ragu
Tetap kubaca di tengah dingin pagi membeku
Ternyata berisikan tiga bait sajak rindu
Selembar kertas dibasahi embun berisikan sajak rindu
Seluruh kata disetiap bait hanya bertuliskan rindu kamu
Tak ada kata lain hanya itu yang terbaca
Sajak tak jelas siapa pencipta
Sajak rindu telah terinjak
Sajak rindu yang ditemukan dijalan setapak
Sajak rindu yang diselimuti embun
Sajak rindu ditemukan saat azan subuh mengalun
Sajak kutinggalkan dijalan setapak
Ketika pulang usai subuh sudah lagi tak tampak
Kemanakan selelmbar kertas dibasahi embun yang berisikan sajak?
Kuhabisi langkah melewati jalan setapak
Kutemuan sajak
Di teras rumah tergeletak
Siapa yang telah memindahkan ?
Tak mungkin angin, karena embun telah memberatkan
Karena tak ada angin, tak mungkin bisa diterbangkan
Siapa rindu kamu di dalam sajak itu?
Mungkinkah aku?
Entahlah?
Mungkin ada yang sedang membuat ulah?
Lupakan saja
Angap pagi sedang bercerita
Sungailiat, 20 Juni 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H