Istilah sahur on the road dipopulerkan para artis. Ketika mereka melakukan kegiatan menjelajah di jalanan saat waktu makan sahur baik menggunakan kendaraan roda 2 maupun roda 4 yang diekspose televisi melalui acara infotaiment.
Mengemukanya kegiatan ini beberapa tahun setelah reformasi, ketika para artis beramal dengan memberi makan kepada orang - orang yang ditemukannya di jalan ( tuna wisma ) dan kaum dhuafa lainnya. Kegiatan amaliyah ini jadi terkesan riak ( pamer ) dengan diekspose media terutama televisi.
Namun seiring perjalanan waktu kegiatan para artis ini sudah ditinggalkan media, atau mungkin sudah tidak dilakukan artis lagi dengan mengundang media massa ? Bisa saja sudah bergeser, kegiatan Sahur on the road kini tidak menjadi kegiatan yang dilakukan saat Ramdhan.
Pemberitaan yang kita lihat sekarang ini tentang sahur on the road sudah diselewengkan. Hanya sekedar kumpul - kumpul, tawuran, merusak lingkungan dengan aksi fandalisme yakni mengotori dengan coretan seperti yang terjadi di Jakarta serta mengotori lingkungan dengan menyisahkan sampah saat berkumpul waktu sahur.
Menurut saya kegiatan saat sahur yang mungkin bisa dilakukan seperti yang pernah kami lakukan yakni, melakukan perjalan ketika sahur ( setelah makan sahur ) mengendarai kendaraan roda 2 dengan menjelajah dari masjid ke masjid. Jadi setiap pagi selalu berganti - ganti masjid dalam menjalankan sholat subuh.
Kemudian kalau ingin bersadaqoh, dapat disalurkan ke masjid yang kita datangi ketika subuh. Disana tersedia kotak amal. Uang yang disumbangkan juga akan dipergunakan pihak masjid untuk kegiatan Ramadhan seperti memberi makan para musafir dan para jemaah ketika berbuka puasa.
Kegiatan ini tidak ada namanya, tapi karena terobsesi dengan nama sahur on the road biar kelihatan keren jadi kegiatan itu disebut saja dengan, sahur on the road pejuang subuh. Niatnya melakukan perjalanan ketika sahur yakni mengunjungi masjid untuk menjalankan sholat subuh.
Saya rasa ini lebih baik, dari pada sahur on the road yang saat ini telah menyimpang aktifitas yang dilakukan. Lebih baik melakukan sahur on the road dengan mendatangi masjid - masjid untuk menunaikan kewajiban ( sholat fardhu subuh ), juga dapat menjalin silaturahmi dengan jemaah masjid yang dikunjungi.
Jadi rindu dengan sahur on the road pejuang subuh, karena sudah tidak dilakukan seiring dengan bertambahnya usia serta tak sanggup menahan dingin angin pagi dalam perjalan yang jauh, jadi hanya cukup di masjid dekat rumah saja untuk menjalankan sholat subuh. Ada juga generasi yang lebih muda melanjutkan tradisi ini. Terus semangat para pejuang Subuh, tidak hanya ada ketika Ramadhan namun juga di 11 bulan lainnya.Â
Salam dari pulau Bangka.
Rustian Al Ansori