Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cara Kakek Memotivasi Cucu Berpuasa, Inspirasiku untuk Anakku

3 Juni 2018   17:51 Diperbarui: 3 Juni 2018   17:55 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak cara yang dilakukan untuk mengedukasi anak - anak agar sejak dini dapat menjalankan ibadah puasa. Edikasi itu dilakukan dengan cara bermacam - macam, dari contoh berpuasa yang dilakukan para orang tua, merupakan cara yang paling baik sehingga dapat diikuti putra - putrinya. Ada pula dengan memulai berpuasa setengah hari, hingga cara ekstrim dengan memaksa anak - anaknya agar berpuasa.

Kakekku lain lagi, namanya M. Yusuf Husin telah meninggal dunia lebih 30 tahun lalu. Aku masih ingat bagaimana caranya memotivasi cucu - cucunya berpuasa. Kami, cucu - cucunya sebelum berpuasa tidak pernah ada pesan khusus dari kakek. Namun kami tahu apa yang akan dilakukan kakek setelah berpuasa pada saat lebaran.

Kakek akan menghitung setiap cucunya berapa hari dapat menyelesaikan puasa. Maka akan dihitung jumlah rupiahnya, dengan kelipatan per hari puasa yang dapat diselesaikan. Tidak berlaku bagi cucu yang hanya menyelesaikan setengah hari puasa dan tidak berlaku akumulasi hitungan hingga menjadi satu hari penuh. Berarti yang puasanya setengah hari tidak berlaku hitungan walaupun banyak jumlah setengah hari puasa yang diselesaikan.

Semua cucu berlomba - lomba  untuk berpuasa, hingga dapat menyelesaikan satu bulan penuh. Motivasi yang dilakukan kepada cucunya cukup efektif sehingga dapat menjalankan puasa. Menjadi kebiasaan dilakukan kakek, sehingga cucu - cucu dari mulai SD hingga SMP tetap diberikan bonus uang untuk yang dapat menyelesaikan puasa. Tapi tidak berlaku lagi untuk cucu yang sudah SMA, karena dinilai sudah dewasa ( sudah besar ). Karena sudah terbiasa puasa dari SD dan SMP, yang bermula dari bonus kakek hingga dewasa jadi terbiasa dan terus berpuasa hingga usia tua. Cara yang luar biasa, sangat mengedukasi.

Hal serupa juga kulakukan kepada anak - anakku. Sejak masih duduk di Taman Kanak - Kanak ( TK ) hingga SMP,  aku lakukan seperti yang kakek lakukan kepadaku. Juga ampuh. Anak - anak terus menjalankan ibadah puasa. Hingga SMA dan seterusnya, tidak lagi berlaku pemberian bonus puasa.  Anakku tetap berpuasa.

Memotivasi dengan uang, ternyata tidak membuat anak - anak mata duitan. Melalui bonus berpuasa mereka bisa terbiasa berpuasa, sehingga menyadari bahwa puasa itu karena Allah bukan karena bonus setelah mereka dewasa. Ketika puasa ingat masa kakak - kakak dulu, jadi rindu kakek yang juga meninggal dunia saat bulan Ramdhan.

Salam dari pulau Bangka.

Rustian Al Ansori

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun