Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah bekerja sebagai Jurnalis Radio, Humas Pemerintah, Pustakawan dan sekarang menulis di Kompasiana

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Pantiaw, Kuliner Khas Bangka yang Diburu untuk Berbuka Puasa

17 Mei 2018   18:29 Diperbarui: 17 Mei 2018   23:36 3807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu dari banyak jenis kuliner yang ada di Bangka, adalah pantiaw yang banyak diburu warga sebagai makanan tambahan, selingan atau apalah namanya menjadi diantara beberapa menu dihidangkan saat berbuka puasa.

Sejak kecil saya sudah menikmati pantiaw. Sangat cocok dengan lidah saya, karena rasa ikannya sangat kuat. Ikan yang dipergunakan merupakan ikan laut. Pantiaw sama dengan jenis tiaw-tiaw yang lain dengan "mie"-nya yang terbuat dari tepung beras dengan ukuran lebih lebar dari "mie" sangat mengenyangkan.

Cara memasaknya cukup seduh pantiaw bersama taoge di dalam air panas. Kemudian taruh di piring, tambahkan bumbu tumisan ikan di atasnya. Sirami air panas yang akan menjadi kuah pantiauw, serta taburi bawang goreng, seledri dan kerupuk, kecap, perasan jeruk kunci dan cabai rawit. Pantiaw siap disaji dan dinikmati.

Kalau ingat pantiaw, saya ingat dengan acara Wisata Kuliner yang disiarkan salah satu stasiun televisi swasta nasional dengan presenternya almarhum Bondan Winarno. Pasti banyak ingat dengan acara itu. Salah satu tayangannya, mengambil lokasi di Sungailiat, Kabupaten Bangka.

Dalam tayangan itu membuat saya geli. Mungkin juga penonton yang lain yang sudah biasa menikmati pantiaw akan terheran-heran. Waktu itu Pak Bondan mengambil pantiaw yang ada di dalam daun mangkok yang sudah lengkap dengan bumbu ikan di atasnya memakan begitu saja tanpa menggunakan air panas sebagai kuah.

foto Rustian al ansori
foto Rustian al ansori
Saya meyakini waktu itu, pasti produsernya tidak hunting terlebih dahulu. Pasti tidak enak kalau dimakan tanpa diseduh dengan air panas dan tanpa kuah. Peristiwa itu hanya sekedar mengingatkan bahwa, Pantiaw sebagai kuliner telah menjadi daya tarik dan perhatian untuk diekspos oleh stasiun televisi swasta nasional.

Tidak ada referensi tentang sejarah pantiaw. Tapi yang saya ingat cerita orang tua saya dulu yang sering bercanda dengan memelesetkan kata pantiaw dari bahasa Tionghoa Bangka yakni pan itu artinya setengah, serta tiaw artinya marah berati pantiaw artinya setengah marah. Tapi itu jangan dipercaya, karena hanya candaan dari almarhum ayah saya.

Kadang latar belakang sejarah sebuah kuliner juga dibutuhkan bagi para pemburu kuliner. Tapi yang pasti kalau dilihat dari namanya bahwa pantiaw itu dari warga Tionghoa yang ada di Bangka. Namun yang terpenting pantiaw, bagi saya adalah makanan yang enak dan lezat serta mengenyangkan.

Pada saat bulan Ramadhan seperti sekarang ini, pantiaw Banyak dijual di pusat penjualan ta'jil yang ada di Sungailiat. Di antaranya di depan Kolam Renang Loka Tirta dan Gerasi Baru. Pantiaw dijual dengan harga bervariasi dengan satu porsi antara Rp 10 ribu - Rp 15 ribu.

Ingin mencoba pantiaw, yuk datang ke Bangka.

foto Rustian al ansori
foto Rustian al ansori
Inilah bahan dan cara membuat Pantiau yang saya kutip dari http://www.jitunews.com, berikut ini ;

Bahan:
- 250 gr tepung kanji (sagu),
- 250 gr tepung beras,
- 500 gr ikan parang/tenggiri, garam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun