Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kebhinekaan Manado Bikin Kangen dan Sholat di Masjid Kampung Arab

5 Juni 2017   06:17 Diperbarui: 5 Juni 2017   08:40 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengitari kota Manado, di kawasan pusat pertokaan dan pelabuhan kami bertemu beberapa kali pos penjagaan restribusi. Kendaraan yang melewati selalu dikenakan restribusi. Untuk itu kami berupaya menghindari  agar tidak terkena pembayaran restribusi  yang berulang kali. Tidak terasa sudah memasuki waktu Zuhur, untuk itu kami mencari Masjid terdekat. Bertemulah masjid di kampung Arab.

Bagian dalam masjid di kampung Arab (dok. Pribadi)
Bagian dalam masjid di kampung Arab (dok. Pribadi)
Masjid Masyur Istiqlal Manado, yang ada di kampung Arab merupakan masjid satu – satunya di kawasan perkampungan yang sebagian besar di huni warga Manado keturunan Arab. Sejarah keberadaan warga Arab sendiri merupakan pedagang yang datang dari jazirah Arab ratusan lalu dan menetap hingga saat ini. Memasuki kampung Arab, akan bertemu pintu gerbang dengan sederetan rumah yang padat.

Berjarak sekitar 100 m dari pintu gerbang kampung Arab, langsung berhadapan dengan sebuah kelenteng yang cukup besar. Menurut warga setempat kehidupan antara warga kampung Arab yang  beragama Islam dan warga Thiong Hoa setempat sangat kuat, terjalin hubungan yang harmonis. Setiap memperingati hari besar masing – masing agama, mereka bersatu dalam kebersamaan, sehingga kerukunan hidup beragama di Manado selalu terjalin.

Sedangkan masjid Masyur Istiqlal sendiri di resmikan  30 Juni 1993 oleh Wakil Presiden Try Sutisno. Memasuki masjid dengan hamparan sajadah berwarna hijau. Namun warga setempat yang berada di Masjid melarang, rekan kami yang perempuan sholat di masjid tersebut. Ternyata untuk solat wajib setiap hari perempuan warga kampung Arab sholatnya tidak di masjid, namun dikediamannnya masing – masing. Sedangkan yang sholat di Masjid adalah laki – laki.

Kami tinggalkan kampung Arab, untuk mencari makan siang. Berkeliling mencari rumah makan halal, akhirnya pilihan kepada rumah makan Padang. Memasuki rumah makan di Manado harus cermat melihat, makanan yang dijual halal atau tidak. Rumah makan di Manado, selalu menuliskan di depan rumah makannya dengan tulisan halal untuk yang menjual makanan halal. Banyak rumah makan yang juga memberikan informasi yakni makanan yang dijualnya berupa makanan yang tidak halal, yang tidak untuk ummat muslim.

Rumah makan Padang yang berada di salah satu sudut kota Manado ini, dengan menu khas masakan Padang seperti biasa, namun yang tak biasa yakni menambahkannya dengan sambal khas Manado dengan cabe rawit yang pedas, dabu – dabu. Paling pas dabu – dapu  digandengkan dengan ikan bakar. Menjadikan makan siang hari itu meningkatkan selera.

Menuju Minahasa

Perjalanan  hari berikutnya, menuju kabupaten Minahasa. Jarak tempuh perjalanan sekitar 1 jam dari  Kota Manado.  Minahasa adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara, terletak diujung utara Pulau Sulawesi. Ibukota Kabupaten Minahasa adalah Tondano, berjarak sekitar 35 km dari Manado, ibukota Provinsi Sulawesi Utara. Jika dilihat dari letak geografis, Kabupaten Minahasa terletak pada 1o22’44’’LU/124o 33’ 52’’BT - 1o 01’ 11’’LU /124o 54’ 45’’BT ke 125o 04’ 21’’BT/1o20’ 25’’ LU.

Panorama alam diperjalanan menuju Minahasa (dok. i)
Panorama alam diperjalanan menuju Minahasa (dok. i)
Luas Kabupaten Minahasa adalah 1.641,27 km2 yang terdiri dari luas daratan adalah 1.094,88km2 dan luas perairan danau 46,54 km2 serta laut sebesar 599,85 km2. Kabupaten Minahasa terdiri atas 22 kecamatan, dimana kecamatan terluas adalah Kecamatan Tombariri (158,52 km2). Sebagai daerah beriklim tropis, Minahasa hanya mengenal 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.

Jalan yang dilalui menuju Tondano, kabupaten Minahasa untuk menyaksikan upacara pembukaan PORNAS KORPRI XIII di Stadion Mahesa melalui jalan yang menanjak mirip jalan menunju kawasan Pucak, Jawa Barat. Sepanjang jalan di perbukitan tersebut udaranya dingin dan menyejukkan. Beberapa warung kami temui di sepanjang perjalanan. Termasuk diantaranya  menunjukkan adanya kawasan pemakaman pahlawan nasional Tuanku Imam bonjol.

Tuanku Imam Bonjol pada masa penjajahan ditangkap lalu dibuang di Cianjur, sempat juga dibuang ke Ambon dan terakhir diasingkan di Minahasa. Dan di wilayah kabupaten Minhasa ini,Tuanku Imam Bonjol wafat 8 November 1864 dan dimakamkan di kawasan pegunungan yang kami lalui. Mobil yang membawa kami terus melaju melalui jalan menanjak. Udara yang dingin, paling tepat mencari minuman yang bisa menghangatkan tubuh. Pilihan tertuju kepada warung Pemandangan. Warung yang berada di puncak Tinoo sudah dikelola keluarga Poloan Londo selama 4 generasi. Sambil menyeruput kopi hangat, dari warung Pemandangan dapat melihat lepas dari dataran tinggi itu yakni gunung Manado Tua yang diselimuti kabut. Sesekali angin dingin berhembus menerpa wajah di pagi hari di Puncak Tinoo, yang  termasuk wilayah kota Tomohon. Jalan pun menurun, kawasan desa yang dilalui tampak warga setempat menjual anyaman dari bambu merupakan kerajinan khas setempat dan tanaman hias di tepi jalan yang dilalui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun