Mohon tunggu...
Berbagi Inspirasi
Berbagi Inspirasi Mohon Tunggu... Dosen - Rust Gerotha

Ketika Inspirasi ini menjadi Liar, maka Biarkan Jemari ini terus menari diatas Keyboard agar ide inspiratif akan tertuang dengan indah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku Adalah Kurcaci

26 Juli 2019   08:07 Diperbarui: 26 Juli 2019   08:10 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku Adalah Kurcaci/dokpri

Aku adalah Kurcaci yg sedang memanjat Raksasa 

untuk melihat indah dan luasnya dunia...

Aku sadar, aku adalah Kurcaci, 

maka dari itu aku tidak bangga dan merasa hebat,

 jika telah sedikit melihat indah dan luasnya dunia...

Akupun tidak mau seperti kurcaci kurcaci lain 

yang dapat melihat indah dan luasnya  dunia 

dengan memanjat Sang Raksasa, 

tetapi mengingkari itu....

Aku adalah Kurcaci, 

Dan mungkin saat ini aku sedang di telapak kaki Sang Raksasa, 

Namun aku berusaha berbagi keindahan dan kenikmatan 

yang telah sedikit aku lihat dan ketahui...

Walaupun masih jauh dan tinggi, 

Namun aku yakin, 

Aku masih bisa memanjat 

Hingga berpijak diatas pundak Sang Raksasa.

Disitu aku berjanji, 

Aku akan menarik semua Kurcaci lain 

yang ingin melihat indah dan nikmatnya dunia, 

untuk sama sama berpijak diatas pundak Sang Raksasa

Tanpa melupakan  pijakan itu...

By Rust Gerotha

Dapatkah kita melakukan seperti kisah Kurcaci diatas? 

Mari menela'a............

Bayangan kita terhadap Kurcaci adalah makluk yang sangat kecil, dan pastinya  makluk tersebut jarak pandangnya pendek dan sempit dibanding Raksasa,  yang diilustrasikan dengan  makluk yg bertubuh besar dan tinggi. 

Dari postur tubuhnya jelas bahwa jarak pandangnya 1000 kali lipat lebih panjang dan luas dibanding kurcaci.

Logis bila Kurcaci  ingin seperti Raksasa,  maka ia harus memanjat sesuatu lain yang lebih tinggi dari dia, atau mungkin pundak Raksasa adalah salah satu pilihaan.

Pesan yang dapat kita petik dari fiksi diatas adalah,

Dalam kehidupan sehari hari, terkadang kita tidak mau mengakui kehebatan orang lain.

Ada situasi dimana kita tidak mampu melakukan suatu hal dan mengandalkan bantuan orang, namun kita tidak mau mengakui itu.

Di sisi lain, terkadang kita juga mau hebat sendiri ketika kita sudah bisa melakukan suatu hal, yang belum tentu bisa dilakukan oleh orang lain.  Namun kita tidak mau berbagi. Padahal kehebatan kita itu atas bantuan orang lain.

Karena kita tidak mengakui itu, sehingga sering kali perasaan kita atau keinginan kita untuk membantu orang lain pun kecil.

Tidak sedikit diantara kita yang mengenal orang lain, ketika lagi susah saja.

Namun pada saat sudah sukses, sering kali kita lupa kalau kesuksesan kita karena bantuan orang.

Itulah Dinamika Kehidupan

Mari Berbenah...................

petrusgeroda.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun