Mohon tunggu...
Rustan Ibnu Abbas
Rustan Ibnu Abbas Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer

Suka nulis , Trainer Sales, Cinta Islam, Pembelajar dari nilai kehidupan Silahkan kunjungi Blog saya di www.rustanibnuabbas.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menteri Kebahagiaan dan Toleransi, Untuk Apa?

5 Juli 2019   11:04 Diperbarui: 5 Juli 2019   11:32 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://politiktoday.com

Ketua DPR  Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengusulkan agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) membentuk kementerian kebahagiaan dan toleransi. Sepintas usulan ini terdengar sangat bagus yang jelas tujuannya agar masyarakat bisa berbahagia dan terciptanya sikap toleransi antara sesama rakyat Indonesia. 

Usulan ini terinspirasi dari negara teluk, Perdana Menteri United Arab Emirates yang menunjuk Ohood Al Roumi, seorang perempuan emirati menjadi menteri Kebahagiaan (Minister of State for Happiness)

Sekedar usulan tentu saja boleh namun karena usulan ini datangnya dari seorang tokoh politik tentu akan ramai dibicarakan dan menjadi bahan diskusi. Apa betul kita membutuhkan menteri kebahagiaan dan toleransi. 

Mungkin Pak Bamsoet mengusulkan ini sebagai bentuk keprihatinan masih banyak rakyat Indonesia yang belum bahagia setara dengan Uni Emirat Arab serta beberapa kasus tindakan intoleransi yang terjadi beberapa tahun belakang. 

Namun kalau kita melihat lebih jeli lagi seperti dalam laporan World Happiness Report 2019 yang terbit akhir Maret lalu, ranking kebahagiaan Indonesia berada di posisi 92 atau lebih baik 4 tingkat dibandingkan laporan tahun 2018 yang berada di posisi 96. Apa sih yang disebut sebagai bahagia ? ternyata secara umum ada 10 index kebahagian kepuasan dalam bentuk :

1) kesehatan

2) pendidikan

3) pekerjaan

4) pendapatan rumah tangga 

5) keharmonisan keluarga 

6) ketersediaan waktu luang, 

7) hubungan sosial 

8) kondisi rumah dan aset 

9) keadaan lingkungan 

10) kondisi keamanan 

Pemenuhan kebutuhan secara cukup pada suatu individu akan menjadikan dia bahagia. Namun jika tidak terpenuhi sebagian akan menyebabkan kondisi stres. Pertanyaan besar adalah apakah masyarakat indonesia sudah terpenuhi semua kebutuhan diatas? faktanya belum, tap ada satu kekuatan yang tidak semua masyarakat dunia bisa memiliki seperti masyarakat Indonesia yakni Kesabaran. 

Buktinya apa? contohnya dalam 4 tahun saja pemerintahan Jokowi BBM sudah naik 12 kali, tidak ada demo besar-besaran (mungkin karena pengumumannya tengah malam) Ini sebuah rekor yang belum terpecahkan. 

Coba bandingkan dengan masyarakatnya negara Francis pada bulan November 2018 pemerintahannya hanya menaikkan 1 kali harga BBMnya, rakyatnya langsung turun kejalan demonstrasi sampai menimbulkan korban jiwa dan disebut sebagai demostrasi terburuk dalam dalam 1 dekade. Seberat apa pun masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia mereka bisa tersenyum bahagia.

Dalam urusan toleransi masyarakat indonesia terkenal paling toleransi. Bisa dibayangkan untuk perayaan Natal umat kristiani pengamanannya dijaga oleh ormas pemuda islam. atau begitu juga sebaliknya di beberapa tempat yang mayoritas kristen, ketika umat muslim merayakan lebaran justeru yang mengamankan adalah umat kristiani. Memang ada beberapa kasus yang dianggap intoleran namun kalau kita lihat secara umum, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang paling bertoleran.

kementrian kebahagiaan jika dibentuk akan tumpang tindih dengan kementrian yang lain dan tentu akan menambah anggaran negara yang masih terbelenggu dengan utang. 

Fokus di kementrian yang sudah ada dengan memprioritaskan kesejahteraan rakyat dengan memenuhi 10 kebutuhan utama untuk bahagia akan jauh lebih baik ketimbang menambah kementrian baru yang belum jelas arah programnya dan juga menambah pengeluaran negara.

Mungkin jika pendapatan perkapita masyarakat Indonesia sudah sama dengan Uni Emirat Arab (UEA) sudah bisa dipikirkan untuk membentuk meneteri kebahagiaan dan toleransi. 

Tapi untuk sekarang terpenuhinya kebutuhan pokok sandang, pangan dan papan menjadi sangat urgen mengingat angka kemiskinan masih sangat tinggi dan ini menjadi PR buat presiden terpilih 2019-2024. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun