Mohon tunggu...
Rustan Ibnu Abbas
Rustan Ibnu Abbas Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer

Suka nulis , Trainer Sales, Cinta Islam, Pembelajar dari nilai kehidupan Silahkan kunjungi Blog saya di www.rustanibnuabbas.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

5 Pelajaran Penting Bisa Dipetik dari Kebohongan Ratna Sarumpaet

3 Oktober 2018   22:16 Diperbarui: 3 Oktober 2018   22:47 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://regional.kompas.com

Nasi sudah jadi bubur itulah ibarat pepatah yang bisa kita sematkan kepada aktivis perempuan yang sangat vocal mengkritis pemerintahan Jokowi ini. Semuanya sudah terlanjur basah, apa mau dikata ketika pengakuannya akan penganiayaan yang diterima menyebabkan wajahnya "babak belur" karena dipukuli ternyata semuanya hanyalah kebohongan.

Kebohongan yang direkayasa entah dengan niat apa yang jelas konsentrasi kita ke peristiwa gempa bumi dan tsunami di Sulawesi tengah sempat teralihkan. Peristiwa "heboh" ini banyak dikecam oleh berbagai kalangan karena menganggap "penganiyaan" itu merupakan pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Apalagi menjelang tahun politik dan Ratna sarumpaet merupakan salah satu anggota tim kampanye capres. Tentu akan banyak direspon oleh toko-toko politik. Bila kasus "penganiyaan" sudah masuk ke rana politik akan semakin runyam mengingat kasus ini akan digoreng sampai hangus untuk menyerang kandidat lain dan sudah kita lihat bersama di media sosial.

Saya pun percaya karena dalam pandangan awam saya melihat betapa wajah Ratna Sarumpaet babak belur dihajar oleh orang lain. Sehingga dengan cepat saya menuliskan artikel dibawah ini

https://www.kompasiana.com/rustanibnuabbas/5bb339186ddcae1f98330d92/ratna-sarumpaet-babak-belur-haruskah-semua-masalah-diselesaikan-dengan-kekerasan

Setelah mendengar sendiri pengakuan dari Ratna Sarumpaet akhirnya saya benar-benar percaya bahwa ini hanyalah kebohongan yang dibuatnya. Begitu tega seorang nenek tua berbohong mengelabuhi toko-toko sekelas Bapak Amin Rais, Prabowo, Fahri Hamzah dan sederetan tokoh nasional lainnya.

Namun dibalik kebohongan Ratna Sarumpaet banyak pelajaran yang kita ambil sebagai berikut:

1. Berbohong sekali tidak akan dipercaya selamanya

Seorang Ratna Sarumpaet tega berbohong akan menyebab hilangnya kepercayaan kepadanya baik kawan mau pun lawan. Ibarat pepatah "panas setahun dihapus oleh hujan sehari". Integristas yang dibangun dengan susah payah bertahun-tahun harus hilangan hanya dengan sebuah kata bohong "dianiaya". Komentar apa pun yang Ratna Sarumpaet katakana tidak akan didengar lagi. Saya dengar dia akan dikeluarkan dari tim sukses salah satu kandidat capres. Seluruh upayanya selama ini ingin memperbaiki negeri sudah menguap entah kemana.

2. Niat yang baik tidak boleh dilakukan dengan cara salah

Boleh jadi apa yang dilakukan oleh Ratna sarumpaet memiliki niat baik, tapi dengan berbohong akan menciderai niat baiknya. Justeru akan menghancurkan dirinya sendiri karena berbohong kepada orang lain hakikatnya dia berbohong kepada dirinya sendiri.

3. Satu kebohongan akan ditutupi kebohongan yang lain

Dalam kasus kebohongan ini, Ratna Sarumpaet melakukan kebohongan beberapa kali. Mulai dari memalsuka identitas ketika masuk rumah sakit untuk sedot lemak, kemudian diikuti kebohongan akan penganiayaan dirinya dengan foto-foto babak belur, kebohongan berlanjut dengan menyampaikan ke khayalak ramai bahwa dirinya dianiya dan berhasil karena hampir semua percaya dengan berita tersebut.

4. Berbohong bisa dilakukan oleh siapa saja

Kalau kita melihat sepak terjangnya selama ini yang sangat aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya ingin memperbaiki keadaan negeri ini. Maka sangat sulit membayangkan Ratna Sarumpaet akan melakukan kebohongan seperti itu. Namun toh faktanya dilakukan.

5. Berani Jujur itu hebat

Keberanian Ratna Sarumpaet untuk mengakui semua kebohongannya harus diapresiasi (meski mungki dia melakukannnya karena keterdesakan). Berani mengakui ketidakjujurannya merupakan sifat ksatria ditengah-tengah kondisi masyarakat yang tidak berani berbuat jujur. Beliau mengakui berbohong dan merekayasa kondisi yang sebenarnya.    

Instropeksi bagi kita semua bahwa kepemimpinan tidak akan berjalan baik bila semuanya didasari dengan kebohongan sebab kebohongan adalah dosa besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun