Mohon tunggu...
Rustam E. Simamora
Rustam E. Simamora Mohon Tunggu... lainnya -

~=*=~

Selanjutnya

Tutup

Humor

(Humor) Aduh… Dah Urusan Duit, Logikanya Kok Jalan

27 Mei 2012   15:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:42 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siswa kelas VII itu sudah ditugaskan guru sebelumnya untuk mempelajari perkalian, bagi yang belum mahir. Inilah saatnya guru itu melihat perkembangan setelah minggu sebelumnya mengajar perkalian yang seharusnya dipelajari di SD itu. Guru itu ingat siapa saja yang belum mantap. Rencananya diuji entah beberapa orang.

Pak Guru, “Yofri, coba kerjakan di papan tulis lima ratus di kali empat ratus delapan”

Yofri agak ragu dengan kemampuannya. Tapi dia membesarkan hati untuk maju. Kemudian siswa yang lumayan manis itu menulis di whiteboard:

Siswa lainnya sudah kasak kusuk. “Sudah betulkah yang kamu tulis itu, lima ratus kali empat ratus delapan, Iyo?”

Yofri menjawab. “sudah, Pak!”.Kelas agak sedikit gaduh.

“Perhatikan dulu Yofri. Coba tulis angka empat ratus delapan

Yofri menulis: bilangan empat ratus. Kemudian menulis angka delapan di belakangnya. …

*****

Yofri akhirnya bisa menulis bilangan empat ratus delapan dengan tepat. Kemudian melanjutkan pekerjaannya seperti berikut:

Pak guru ngangguk-ngangguk sambil mengelus-elus dagunya yang tak jua ditumbuhi cambang. Dia sepertinya puas melihat pekerjaan siswanya.

“Berapa hasilnya Iyo”

Dua puluh… empat ribu, Pak

Kesalahan serupa terjadi. Padahal baru saja guru tersebut menjelaskan. Dan sepertinya anak gadis berambut pendek plu kaca mata itu udah nangkep. Dalam pikirannya berteriak, “Oh God. Jauhkan pencobaan ini dariku!”.

Pak Guru itu semakin penasaran akan kemampuan siswanya. Kemudian bertanya sama Albert.

“Andaikan bilangan di papan sejumlah duit, berapakah itu Albert?”

Albert senyum lebar. Muka berseri dan mata berbinar-binar. Sangat meyakinkan. “Sangat banyak, Pak!”

Siswa lainnya gaduh.

“iya. Banyak tapi seberapa banyak?”. Albert jadi bingung.

Melihat Albert bingung Sang Guru mengalihkan pertanyaan kepada Arif. Arif menjawab tidak tahu. Pak guru kembali bertanya kepada Yofri. Siswa bertubuh mungil itu sejak tadi melongo saja. Pak Guru berusaha untuk tersenyum, tanpa terlihat dibuat-buat. “kalau saja Yofri punya uang seratus ribu. Kemudian Bapak kasih seratus ribu lagi. Duit Yofri berapa sekarang, nak?”

Dua ratus ribu, pak!” jawab yofri dengan senyuman khasnya yang manis.

“Oke. Bagus, Nak. Kemudian Bapak kasih lagi empat ribu. Berapa uang Yofri sekarang?”

dua ratus empat ribu, Pak”.

“Bagus, nak. Coba kamu tuliskan di papan!”.

Kemudian Yofri menulis:

Sempurna! Pak guru yang sudah tua itu sadar. Metode Belajar yang paling cocok untuk siswa masa kini adalah hal-hal yang berbau duit. Dia masih ingat kejadian minggu lalu.

*****

Tiga belas dikurang enam, berapa Kardi?” Bukan nama sebenarnya.

Siswa kelas tujuh itu kemudian membentangkan kedua tangan dan membuka kedua telapak tangannya. Bibir komat-kamit seolah membaca mantra. Mata menunjukkan bahwa dia sebenarnya sudah sangat kesulitan untuk menjawab.

Guru Fisika itu tersenyum. Kemudian memberikan pertanyaan yang lebih kontekstual.

“Kalau Kamu punya uang tiga belas ribu rupiah. Kemudian membeli semangkok mi. Harga semangkok mi enam ribu rupiah. Berapa lagi kembaliannya?”

Tujuh ribu lagi, Pak!” jawabnya tanpa butuh waktu kurang dari satu menit. Rikardo tersenyum, mata berbinar. Teman-temannya tertawa lepas.

kalo untuk duit dan makanan langsung jalan!” seru mereka, tertawa lagi.

*****

Pak Guru yang sepuh itu sekarang sedang sibuk mengkampanyekan KBD (Kurikulum Berbasis Duit).

Seluruh gambar boleh dicopas. Cerita ini juga bebas digembor-gemborkan. Sangat dianjurkan untuk nge-share.

Hati yang gembira adalah obat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun