Pertama kaliku melihatmu, betapa kagum ku atasmu.
Tak tersangka sang bidadari dari Surga  ternyata asli dan nyata.
Tetapi, kalau saja ku tahu apa yang akan terjadi kepadaku,
tidak sekalipun ku mau adanya "kita."
Senyummu indah sekali seperti bunga anggrek.
Tak pernah kalah saing dengan bintang-bintang di langit.
Tetapi sayangnya itu hanya secara fisik.
Hatimu sebaliknya, orang yang  tak peduli, tak memiliki empati, sangat dahsyat.
Sudah bertahun-tahun ku kejarmu.
Pada akhirnya, kau milikku.
Betapa bucinnyaku terhadapmu, semakin ku masuk dalam perangkapmu.
Kalau saja ku tidak sebucin itu terhadapmu, ku akan hidup bahagia tanpamu.
Betapa besar cintaku terhadapmu.
Susah ku melupakan semua masa-masa kita bersama.
Ku bahkan sering menghabiskan waktu untukmu.
Oh betapa senangnyaku samamu bersama.
Ku selalu ada disampingmu.
Ku selalu melindungimu dari hal-hal yang buruk.
Ku selalu memberimu hadiah seperti bunga kesukaanmu.
Tetapi, ini caramu balas cintaku yang tulus ini?
Oh betapa bodohnya aku.
Cintaku terhadapmu sudah terlalu dalam seperti kedalaman lautan-lautan di dunia ini.
Tetapi malah itu yang membuatku jatuh masuk ke dalam jebakanmu.
Kalau saja ku sadar dahulu kala, ku tidak akan sesakit ini.
Kau telah menusukku dari belakang.
Kau telah mempermainkanku.
Kau telah memilih laki-laki lain, hanya karena harta.
Oh betapa bodohnya aku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H