Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

1. Rusman: Srikandi Muslimah Di Pantai Manyuran (c)

29 Mei 2019   13:04 Diperbarui: 3 Juni 2019   06:30 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun ia segera ingat nasehat Nyai Ageng yang diangkat dari salah satu ayat : 

"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung." (Al- 'Imraan: 200).

Teringat ajaran Nyai Ageng itu, tiba-tiba disadarinya bahwa ia membawa sebuah pedang di lambungnya. Ia kini bukan seorang gadis kecil yang berlari-lari melihat seekor tikus di hadapannya.

"Nah, begitulah adik," berkata pemuda yang berwajah seram itu, "begitulah berbicara dengan orang yang lebih tua. Kau harus bersikap hormat dan jangan melawan. Bukankah kau dengar kawanku menyebutmu bagaikan sekuntum bunga ?"

Dada Kembang Arum berdentangan mendengar kalimat itu. Dengan tegang ia berdiri tegak di atas kedua kakinya. 

Para pemuda itu kini benar-benar nampak liar. Sedang Kembang Arum merasa belum pernah menghadapi orang-orang seperti itu.

Demikian mudahnya ia dapat dikelabuhi sehingga kudanya terlepas. Apalagi kini ia menghadapi sikap yang paling menyakitkan dari laki-laki yang kasar dan liar itu.

"Mengapa diam saja Kembang Arum?" terdengar suara salah satu pemuda itu. 

Kembang Arum sama sekali tidak menjawab, yang terdengar adalah gemeretak giginya beradu.

"Apakah kau marah, manis?"

Masih tetap diam. Tidak ada jawaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun