Dari kisah Patih Suwanda, Raden Kumbokarna dan Raden Suryaputra itu kita yakin bahwa Sri Mangkunegara lebih menekankan kepada sikap bawa leksana yang sangat utama bagi setiap manusia.
Yaitu sebuah ajaran leluhur dimana orang bertindak selaras antara ucapan dan tindakan. Orang madhep manteb berjalan lurus tanpa ragu untuk membuktikan lesannya.
Ketiga sayriya itu ikhlas meregang nyawa, gugur di medan perang untuk membela keyakinan hatinya.
Baca juga: 7. Rusman, Tafsir Serat Tripama
Tentu saja penulis naskah ini menyadari sepenuhnya bahwa wayang sebagai personifikasi manusia tidaklah ada yang sempurna.
Artinya dalam diri ketiga satriya utama itu pasti dapat ditemui pula banyak kekurangan.
Ambil contoh Raden Sumantri yang sering bertindak tidak adil terhadap keberadaan adiknya, ialah Bambang Sukasrana, padahal dia bisa mengabdi di Kerajaan Maespati juga berkat pertolongan sang adik.
Atau Raden Kumbokarna yang konon seorang pemalas, seorang ayah yang membiarkan anak-anaknya mudah terkena pengaruh jahat uwaknya sendiri yakni Prabu Dasamuka.
Demikian pula dengan Raden Karna yang pernah menyamar sebagai Arjuna demi merebut Senjata Kuntawijaya dari tangan Betara Naroda yang sebetulnya itu adalah hak dari Arjuna.
Jadi keutamaan tiga Satriya yang sengaja dipilih oleh sang Pujangga Keraton Surakarta ini lebih pada variabel utamanya, ialah sikap "Bawa Leksana".
Baca juga: 7. Rusman, Tafsir Serat Tripama
Secara lengkap syair gubahan Sri Mangkunegara IV dalam Serat Tripama adalah sebagai berikut: