"Biarkan gadismu itu menyongsong masa depannya. Di manapun ia tinggal yang penting dia bahagia, dan kau bersama istrimu akan selalu betdo'a untuknya. Untuk keluarganya."
"Ya kang. Aku ngerti," jawab lelaki berbadan tegap itu agak berurai air mata.
"Kalau mereka hidup rukun kalian pasti juga akan senang. Tugas kita bukan untuk memiliki selamanya. Mereka itu milik Allah SWT. Biarkan ia mengabdi pada takdirnya, hidup bersama suami dan anak-anaknya kelak."
"Ya kang."
"Sudah pulang sana. Nanti kita ketemu lagi di langgar!"
Akhirnya lelaki yang bernama Wirya itupun pulang sambil masih sesenggukkan.
Combor yang tadi dipakainya untuk menyiram ia sampirkan di pundaknya.***
Tasikmadu, 210119.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H