Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ki Hajar Dewantara dan Sistem Among

21 Oktober 2018   14:21 Diperbarui: 2 Mei 2019   10:14 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ki Hajar Dewantara memang tokoh pendidikan yang dikagumi oleh semua lapisan masyarakat, bukan saja di Indonesia tetapi juga di berbagai belahan dunia. 

Salah satu teori beliau di bidang pendidikan yang banyak diakui dunia adalah sistem among. 

Dengan sistem amongnya Ki Hajar membuka mata dunia tentang bagaimana peranan seorang pemimpin dalam bersikap terhadap orang-orang yang dipimpinnya.

Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso, Tut wuri Handayani".  

Ing ngarso sung tulodho itu berarti seorang pemimpin harus berani tampil di depan untuk memberikan tauladan atau contoh bagaimana cara bersikap dan berperilaku dalam menghadapi segala persoalan organisasi.

Ing madyo mangun karso, artinya bahwa di saat-saat yang diperlukan pemimpin juga harus berada di tengah pasukannya guna memberikan semangat dengan cara terjun langsung bekerja sama dengan orang-orang yang dimpinnya. 

Dan Tut wuri handayani, berarti pemimpin tidak jarang juga harus berada di belakang untuk memastikan roda organisasi berjalan sebagaimana mestinya. 

Memberi ruang bagi orang-orangnya untuk berkreativitas sesuai dengan kompetensinya masing-masing.

Demikian pula sikap pendidik baik guru maupun orang tua, harus mampu menerapkan system among tersebut. 

Bagi orang tua sesuai dengan sifat pendidikan keluarga mereka adalah pendidik pertama, utama dan kodrat. 

Wewenang secara kodrat yang dimiliki oleh orang tua dalam mendidik anaknya tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. 

Hal ini disebabkan anak adalah hak orang tu, meskipun karena alasan-alasan tertentu hak orang tua itu dapat pula dicabut, misalnya karena orang tua menjadi gila sehingga membahayakan keselamatan anak.

Dalam pendidikan ada tiga macam lingkungan:

Lingkungan keluarga: 

Keluarga adalah merupakan kelompok sosial yang kecil. Di tempat ini merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi anak.

Untuk itu keberadaan pendidikan ini amat diperlukan untuk menentukan perkembangan anak di masa depan. 

Keluarga harus ikut bertanggung jawab dalam pendidikan. Tanggung jawab itu didasarkan atas beberapa hal, antara lain:

(1) Dorongan/motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak.

(2) Dorongan/motivasi sebagai konsekwensi karena kedudukannya sebagai orang tua

(3) Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negara.

Lingkunga sekolah: 

Sekolah adalah pusat pendidikan yang kedua bagi anak, sebab sekolah merupakan kelanjutan dari lingkungan keluiarga.

Pendidikan sekolah merupakan pendidkan formal karena secara khusus diselenggarakan oleh pemerintah atau badan-badan tertentu yang terorganisir.

Lingkungan masyarakat: 

Masyarakat adalah sekumpulan orang yang mempunyai hubungan satu sama lain dengan sadar atas kesatuannya sehingga bertindak secara bersama untuk mencapai kebutuhan bersama. 

Masyarakat mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap perkembangan pribadi anak, karena melalui masyarakat dapat dikembangkan nilai-nilai budaya untuk dikembangkan lebih lanjut oleh generasi tersebut. 

Di samping itu masyarakat juga merupakan tempat untuk mempraktekkan pengetahuan yang diperoleh dari keluarga maupun sekolah.

Masyarakat juga merupakan laboratorium soaial bagi anak untuk mengembangkan rasa kemasyarakatan serta rasa tanggung jawab.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun