Setelah membaca sebuah artikel dari seorang rekan kompasianer tentang trik mengatasi pengangguran (kurang-lebih seperti itu judulnya – tapi biasanya KURANGnya yang banyak dan LEBIH jauh dari mirip). Ada salah satu tips yang disampaikan untuk menarik simpati dan perhatian dari sebuah perusahaan adalah dengan cara memberi mereka tenaga kerja gratis (maksudnya bekerja tanpa meminta bayaran).
Lhoh kok?? Pada prinsipnya saya sendiri setuju dengan padangan demikian, namun yang aneh karena hal tersebut baru saja terjadi pada saya pribadi. Sebagai seorang suami dan ayah, menghadapi perampingan karyawan disebuah perusahaan merupakan sebuah mimpi buruk. Terutama yang menjadi sasaran perampingan adalah karyawan Outsourcing (sepertinya emang lagi nge-Trend di negeri kita) yang memiliki masa kerja lebih dari / sama dengan 3 Tahun. Hihihi, sementara saya udah kelewat jatah 2 tahun dari aturan tersebut.
Akhirnya mimpi buruk itu emang bener-bener terjadi. Lebaran 2009, bukannya THR yang diterima, justru malah Member Card sebagai Pejabat (Pengangguran di Jawa Barat). Tak lama berselang perusahaan sejenis yang merupakan kompetitor perusahaan sebelumnya merekrut saya langsung bekerja. Saat itu saya langsung sujud syukur bersama istri tercinta, “ternyata Papa ga perlu lama-lama jadi Pejabat ya Say….”.
November 2009 saya mulai bekerja dengan sepenuh hati. Mencoba menghargai sebuah kesempatan yang diberikan dengan mendedikasikan diri dan memberi kontribusi terbaik untuk kemajuan perusahaan. 2-3 Program kerja lolos dan disetujui di minggu-minggu pertama saya bekerja. Dalam hati saat itu saya bergumam, gimana ga disetujui dengan pengalaman diperusahaan sebelumnya saya mengenal baik karakteristik market yang ada. Ditambah dengan data dan informasi yang saya miliki tentang perusahaan sebelumnya yang kini menjadi kompetitor, merebut market saat itu semudah mengambil permen bon-bon dari bayi kecil. Hasilnya? Jangan ditanya dech…. Minggu pertama program berjalan, kenaikan revenue sebesar 131% dan 208,67% pada miinggu kedua. Luar biasa. Boss saya terkagum-kagum saat itu.
Saat menikmati pujian dari si boss, tiba-tiba saya teringat dengan status pekerjaan saya yang gak jelas. Gak ada kontrak kerja hitam diatas putih, ga ada kepastian tunjangan kesehatan, asuransi dan tunjangan lain-lainnya. Saat itulah saya dikasih tau, kalo budget untuk penambahan karyawan atas nama saya tidak lolos approval big boss regional, dan baru akan diajukan lagi awal tahun 2010. Mendengar hal tersebut dengan berat hati saya langsung resign, karena sudah barangtentu akhir bulan itu saya ga akan mendapat gaji. Sampai awal bulan januari ini, si bos masih ngirim SMS dan terkadang telpon awalnya tanya kabar, lalu minta bergabung lagi diperusahaannya. Hiks… hiksss, tapi perasaan gondok masih terus aja bercokol di dada. Sesek bukan maen, kerja siang malem Cuma dibayar dengan pujian.
Mari kita beli susu anak pake Pujian….
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI