Mohon tunggu...
Rusmin Mawo blogger Kompasiana
Rusmin Mawo blogger Kompasiana Mohon Tunggu... Guru - Guru SDI Malafai. Nginamanu Selatan,Flores Nusa Tenggara Timur

NAMA :P.Virminus Mawo Rema.S.Pd. Guru SD Malafai Nginamanu Selatan.FLORES NTT KONTAK HP/WA : 081239312856 EMAIL.rusmin.mawo85@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ritual Budaya Lokal dan Tradisi Adat Istiadat Masyarakat Soa dalam Kehidupan Manusia

12 Oktober 2022   13:06 Diperbarui: 12 Oktober 2022   13:11 2513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 foto acara feka di Loa. dokpri

Ritual Budaya Lokal dan Tradisi adat istiadat  masyarakat Soa dalam kehidupan Manusia

Oleh .Rusmin Mawo Rema

                                                                                  

Rusmin Mawo Rema, -- "Keanekaragaman budaya lokal merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing - masing daerah,serta merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu daerah" Kata Mawo  Rema.

Kecamatan Soa dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Ngada No. 19 Tahun 2000 dan beribukota di Waepana. Dengan batas - batas Wilayah :Timur : berbatasan dengan Kabupaten Nagekeo ,Barat  berbatasan dengan Kecamatan Bajawa Utara ,Utara : berbatasan dengan Kecamatan Wolomeze, Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Golewa

Secara geografis, Soa beriklim tropis dan berada di dataran rendah, berjarak sekitar 18 Km dari kota Bajawa. Soa terletak pada posisi yang vital dan merupakan daerah yang cukup pesat perkembangan pembangunannya. Potensi daerah yang dimilki diantaranya bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan pariwisata. Soa termasuk wilayah yang subur dan dikelilingi rangkaian pegunungan tinggi, perbukitan dan lembah

Masyarakat Soa seringakali dipandang sebagai masyarakt yang memiliki watak keras dan berjiwa jawara (Pantang menyerah ).Seringkali ketika menyebut nama Soa orang akan menghubungkannya dengan tradisi berburu adat ( Rori lako,bahasa setempat), Tinju adat ( sagi ) serta ritual kedewasaan kaum Pria dan Wanita ( Kiki sapu ).dan tindakan lainnya.Konotasi negatif  hal itu terhadap masyarakat Soa masih melekat sampai saat ini dan tentu saja bukan tanpa alasan atau sebab. Namun demikian tingkat interaksi kemanusiaan masyarakt Soa dengan masyarakt lainnya menjadi citra positif yang cukup melekat hal ini dapat dilihat bahwa dalam ritual tersebut menghadirkan banyak orang serta menjadikan setiap moment atau ritual berbasis kekeluargaan.

Karakter -- karakter masyarakat Soa yang penulis tuturkan diatas tentu menjadi fenomena menarik bagi sebagian orang yang belum mengenal dan memahami dengan baik identitas kultural masyarakat Soa.Berbagai ritual budaya dan tradisi adat yang bersandar pada nilai -nilai kemanusiaan yang rutin terus dilaksanakan hampir setiap tahun

1.Budaya Lokal

Kata budaya lokal juga mengacu pada budaya milik penduduk asli (inlander) yang telah dipandang sebagai warisan budaya. Budaya lokal ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki polapikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga menjadi suatu kebiasaan yang menedakan mereka dengan penduduk yang lain. Berpijak pada keragaman budaya disejumlah daerah tersebut maka munculah kesatuan budaya yang disebut  budaya nasional ,yang pada dasarnya digali dari kekayaan budaya lokal.Budaya lokal merupakan budaya asli suatu wilayah atau kelompok masyarakat itu sendiri yang menunjukan ciri khas sebuah kelompok masyarakat dalam berinteraksi dan berperilaku dilingkungannya.

Budaya lokal merupakan produk masyarakt/nenek moyang masa lalu yang patut dijadikan sebagai pegangan hidup selamanya.Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung didalamya dianggap universal.kebudayaan lokal dianggap menjadi hal yang palin baik dan benar sehingga dipahami sengai segalah  sesuatu yang didasri pengetahuan dan diakui oleh akal serta dianggap oleh ketentuan agama.

Keanekaragaman budaya merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan.seiring dengan peningkatan tekhnologi dan transformasi budaya kearah kehidupan modern serta pengaruh globalisasi ,warisan budaya dan nilai-nilai tadisional masyarakta adat tersebut mengahadapi tantangan terhadap eksistensinya.

Dari berbagai sumber yang membahas tentang kebudayaan lokal, kita dapat memahami bahwa kebudayaan lokal  sebenarnya merupakan pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup sekitar mereka,dan menjadikan pengetahuan itu sebagai budaya dan memperkenalkan serta meneruskan dari generasi ke generasi .Beberapa bentuk pengetahuan tradisional muncul lewat cerita cerita legenda,nyanyi- nyanyian ,ritul -- ritual dan juga aturan atau hukum setempat.Dengan cara itulah kebudayaan lokal dapat dikembangkan dan dilestarikan hingga saat ini.

Pada masa sekarang ini seiring dengan pesatnya perkembangan tekhnologi informasi dan media sosisal,pemaknaan budaya lokal secara relatif luas amatlah penting,karena kontak budaya pasti terjadi,sehingga dapat dimungkinkan terjadinya saling akomodasi dan akulturasi budaya.

 foto acara feka di Loa. dokpri
 foto acara feka di Loa. dokpri

                                                                                  

2.Tradisi adat istiadat

Adat istiadat adalah bentuk budaya yang mewakili norma,nilai ,tradisi dan kebiasaan bersama dari suatu kelompok.adat istiadat digunakan untuk memandu sikap dan perilaku masyrakat tertentu.Tradisi adat istiadat adalah bagian dari identitas yang melekat secara turun temurun,yang berupa wujud perilaku,aktifitas ,kepercayaan atau upacara yang dilakukan  dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Adat istiadat bisa berupa seperangkat nilai atau norma,kaidah  dan keyakinan sosial yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.Nilai atau norma ini masih dihayati dan dipelihara masyrakat.adat istiadat terwujud dalam berbagai pola kelakuan yang merupakan kebiasaan dalam masyarakt setempat

3.Hubungan Budaya lokal dan tradisi adat masyarakat Soa dengan kehidupan manusia

Kebudayaan merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi pengalaman yang dialihkan secara sosial, dan merupakan pandangan hidup (way of life) dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai dan simbol yang terima anggota masyarakat melalui proses komunikasi peniruan dari generasi ke generasi selanjutnya (Liliweri,2003:8).

Kebudayaan yang tradisional dikatakan baik bukan berdasarkan ukuran etika dan estetika tetapi kebudayaan tradisional membuat manusia melestarikan kehidupannya dari lingkungan tertentu. Di sini letak fungsi terpenting dari kebudayaan tradisional sehingga mempunyai hak yang sama untuk dipelajari dan dihargai. Menerima nilai--nilai dari kebudayaan berarti menghargai martabat dari masyarakat tersebut. (Kirchteger,1996:107).

Dalam mitos orang Soa, dikatakan bahwa dunia pada mulanya berupa watu boto ne'e tana lala -- batu yang mencair dan tanah yang berlumpur. Orang Soa meyakini dunia atau alam semesta ini diciptakan oleh Dewa. Ada tiga lapis dunia yang terletak satu di atas yang lain atau semacam tingkat dunia;yaitu 1.Bumi sebagai tempat diam manusia,2.Dunia di atas Bumi yaitu lizu atau langit tempat diam Dewa Agung, dan 3.Dunia di bawah bumi ( Au Nabe ), tempat diam nitu dan jiwa-jiwa yang sudah berpisah dari badan.

Dalam arti yang paling asli, bumi selalu dikaitkan dengan langit. Menurut prinsip oposisi binari Levi Strauss, pemikiran masyarakat pra-modern selalu bertolak dari dua hal yang bertentangan namun memiliki kaitan. Dalam pemikiran asli orang Ngadha menyebut bumi dalam kaitannya dengan langit. Lizu yang berarti langit diperlawankan dengan tana yang berarti bumi sehingga disebut lizu ne'e tana.

Pemahaman semacam ini ditemukan juga dalam penamaan dan pemahaman tentang wujud tertinggi. Orang Soa menyebut wujud tertinggi sebagai Dewa zeta-Nitu zale. Dewa bertahta di langit (di atas) dan Nitu bertahta di bumi (dibawah). Dewa menjadi bapak leluhur yang pertama dan bumi (nitu) menjadi ibu leluhur yang pertama menurut pandangan orang-orang Ngadha.

Dalam pembagian wilayah menurut budayanya di Kabupaten Ngada, Kecamatan So'a ditempatkan sebagai daerah dengan etnis yang mempunyai cukup banyak hasil budayanya, namun pada kenyataannya semua hasil kebudayaan ini tidak diusahakan sebagai aset daerah dalam bidang kepariwisataan. Sejauh ini orang hanya mengenal obyek air panas Mengeruda yang merupakan pariwisata alam,padahal kebanyakan wisatawan terutama wisatawan manca negara sangat tertarik dengan periwisata budaya yang merupakan hasil akal pikiran manusia sendiri. Hal lain yang memperparah keadaan adalah kurang pahamnya orang-orang yang menjadi pelaksana acara terhadap beberapa ritual yang prosesnya berjalan panjang dan rumit. Hal ini di perburuk lagi dengan kehadiran orang yang hanya untuk menyaksikan serunya upacara adat tetapi tidak mengetahui secara jelas apa makna dari setiap proses upacara dimaksud. Ini cukup disesalkan karena dengan adanya tradisi seharusnya akan membuat orang untuk mengerti dan memaknainya dalam hidup bukan sebaliknya. Ironis memang bahwa banyak upacara adat yang dilakukan oleh orang So'a namun mereka sendiri tidak mengenal maknanya secara pasti dan jelas.

 foto tradisi adat  Rorilako masyarakat Soa. dokpri
 foto tradisi adat  Rorilako masyarakat Soa. dokpri

                                                                                

Ada banyak sekali upacara adat yang merupakan hasil kebudayaan yang terdapat di So'a di antaranya Sagi (Tinju Adat), Dero (upacara tarian untuk mengiringi tinju atau penyemangat terhadap orang yang akan bertinju yang di lakukan pada malam sebelum tinju), Tu Ngawu ,Feka (upacara pendewasaan diri), RoriLako (berburu), Sapu, Kiki Ngi'i (acara potong gigi bagi anak wanita), Yo Goe, Die rie (upacara adat dengan nyanyi-nyanyian dan pantun mengiringi kepergian dan kedatangan para pemburu),  Dheli, Para Zedhe, Dhodho (acara tusuk telinga bagi anak wanita), Bhole (upacara syukuran panen) dan lain-lain yang dilakukan setahun sekali, setiap lima tahun dan ada juga yang dilakukansepuluh tahun sekali. Dan kegiatan inipun dilakukan secara umum dalam semua lapisan masyarakat dan diadakan cukup meriah dan ramai. Setiap upacara adat mempunyai ciri khas dan keunikan tesediri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun