Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Agama dan Ekonomi dalam Irama

1 Januari 2019   21:20 Diperbarui: 1 Januari 2019   21:37 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ini yang saya maksudkan tentang relevansi pemikiran Smith tentang Makna kata Khalifah dalam Al`Quran tersebut diatas. Sekarang mari kita bicara tentang kebutuhan dan keinginan manusia, dalam perspektif posivistik ala Smith dan Normatif al Al-Quran.  

Kita seringkali gagal membedakan antara kebutuhan disatu sisi dan keinginan pada sisi yang lain. Kebutuhan manusia dan keinginan manusia, sedemikian rupa menjadi sangan abstrak jika kita menempatkannya pada titk yang sama yakni pemuasan hasrat. Namun akan menjadi kongkrit, jika kita meletakkanya pada posisi pemenuhan primer untuk menopang hidup manusia, yang secara garis besar terdiri dari tiga basis utama yaitu Sandang (pakaian), Pangan (makanan) dan papan (rumah). Pada konteks tersebut, menjadi sangan jelas yang mana "kebutuhan" dan "keinginan".

Dalam agama kita mengenal apa yang disebut perintah dan Larangan, dimana masing-masing berimplikasi pada dua hal yakni pahala dan dosa, surga dan neraka.  Perintah agama dalam bentuk syariat dalam wilayah ekonomi, memberikan batasan-batasan yang tegas agar manusia tidak berlebih-lebihan dalam membelanjakan hartanya. Berbagi kepada sesama dalam bentuk zakat dan sedekah.

Dalam terminologi yang lebih universal, ini disebut filantropi. Sementara secara posivistik, ilmu ekonomi yang kita "konsumsi" selama ini tidak memberikan banyak perhatian untuk perkara tersebut. Kabar baiknya, kajian-kajian tentang ekonomi syariah mulai berkembang, dan mendapat perhatian yang serius dari banyak pemikir besar dunia.

Lebih jauh lagi, bangunan teori ekonomi kita saat ini tidak memberikan ruang bagi unsur ukhrawi dalam menyusun fondasi filosofisnya. Segala Puji bagi Tuhan yang telah memberikan hidup bagi manusia dengan berbagai perangkat nalar yang kita miliki.

Korelasi dan interdependensi antara hidup untuk menciptakan kemakmuran di dunia  dan bagaimana kehidupan pasca dunia dalam hal ekonomi telah ada dalam Al-Kitab. Apa yang kita usahakan selama di dunia, merupakan jalan bagi kita untuk memperoleh kehidupan yang "bahagia" di alam yang lain, sepanjang itu dilakukan pada koridor Syariat agama.

Sayangnya, sebagian dari masyarakat kita saat ini telah diracuni oleh pemikiran ala Smithi_an, sehingga praktis dalam menentukan kebijakan ekonomi, lebih banyak berkiblat pada model-model penalaran positifistik dan pragmatis yang akut.  

Jika kita gali lebih dalam. Akar-akar filosofis dari ajaran agama dan ekonomi sebetulnya bermuara pada arus yang sama, yakni dorongan untuk membentuk moral manusia yang lebih baik. 

Jika kita tarik mundur dari sisi sejarah, lahirnya pemikiran ekonomi Adam Smith yang tertuang dalam The Wealth of Nations sesungguhnya didahului oleh dua buku karangan Smith sebelumnya, yakni The History of Astronomy dan The Theory of Moral Sentimen. Saya tidak akan mengulas lebih banyak perihal garis-garis pemikiran utama dalam kedua buku tersebut, saya yakin pembaca bisa menerka sendiri, apa isi kandungannya, minimal dilihat dari judulnya.

Sementera ilmu agama, merupakan paket pegangan yang dibawah turun oleh Malaikat Jibril (Gabriel) kepada manusia, melalui para Nabi dan Rasul.
Dinamika politik Tanah Air hari ini diwarnai dengan dinamika "jualan" isu untuk menarik simpati rakyat. 

Agama dengan identitas Teologis-nya dan Ekonomi dengan watak filosofis-nya, terlihat seolah memiliki jarak yang cukup jauh sehingga terkesan bertentangan satu sama lain. Padahal, sesungguhnya kalau kita mencari titik temu antar keduanya, narasi tentang moralitas universal adalah "jembatan" penghubung antar keduanya.

#SemogaBermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun