Mohon tunggu...
rusman latief
rusman latief Mohon Tunggu... -

oke sajalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lagu Daerah Tanpa Panggung

14 Maret 2015   20:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:39 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LAGU DAERAH

TANPA PANGGUNG

Beberapa waktu lalu, saat beradadi pusat perbelanjaan (supermarket) dari pengeras suara terdengar alunan lagu dari daerah yang seringsaya dendangkan masa di kampung dulu, dulu sekali. Senang, karena sudah lebih 20 tahun di tanah rantau, baru kali ini mendengar alunan lagu dari kampung halamanku. Saya pun sangat menikmati alunan lagu dari kampung nan jauh di seberang. Ada rasa kerinduan akan kampung halaman.

Dalam menikmati alunan lagu tersebut, terbesit dalam hati, Jika saja ada pihakyang peduli, bekerja sama, memperdengarkan atau menyajikan lagu-lagu daerah secara reguler di area publik; taman bermain, restoran, terminal bus, stasiun kereta api, bandara dan lainnya. Alangkah kaya dan indah negeri nusantara ini, berbeda dalam keragaman tetapi satu dalam berbahasa berbangsa dan bernegara.

Untuk menikmati alunan lagu daerah di layar televisi swasta nasional, rasanya sulit. Stasiun televisi marak dengan program mencari bakat (reality competition show). Sepertinya, tidak ada ruang untuk lagu daerah. Padahal secara kreatif bisa saja, sebuah lagu daerah di create sebagai sebuah tontonan menarik, tapi itu pun tidak ada.

Secara komersial program lagu daerah di televisi tidak dapat diandalkan, karena sulit mendapatkan rating alias penonton. Dunia pertelevisian menjadikan rating sama nilai dengan uang. Sponsor akan datang jika rating program baik. Program televisi adalah bisnis, harus untung. Stasiun televisi tidak tertarik memproduksi program yang tidak mendapatkan rating alias tidak mendapatkan penonton.

Perhitungan rating yang dilakukan AGB Nielsen, hanya menempatkan alat survei elektronik (peoplemeter) di 10 kota: Jakarta (55%), Surabaya (20%), Bandung (5%), Yogyakarta (5%), Medan (4%), Semarang (3%), Palembang (3%), Makassar (2%), Denpasar (2%), dan Banjarmasin (1%).

Melihat persentase penempatan peoplemeter didominasi Jakarta. Mayoritas penduduk Jakarta yang majemuk, sulit untuk menyukai lagu-lagu dari daerah tertentu, khususnya daerah di luar pulau Jawa. Penduduk Indonesia sekitar 70 persen berada di pulau Jawa yaitu, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.sehingga wajar saja jika stasiun televisi tidak tertarik memproduksi program lagu daerah khususnya daerah luar Jawa, karena persentase penduduknya kecil di banding kota-kota di pulau Jawa.

Jika demikian sulitnya membuat program lagu-lagu daerah di televisi nasional, maka cukup ada panggung atau ruang mendengarkannya di area publik. Orang-orang di tanah rantau yang sedang di area publik, akan merasa senang dan bahagia mendengarkan alunan dari kampung halamannya, meskipun hanya berkunjung beberapa kali saja dari sekian tahun di tanah rantau. “Hehe...ternyata aku orang kampungan, eiits... maksudku orang kampung!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun