Mohon tunggu...
rusman latief
rusman latief Mohon Tunggu... -

oke sajalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Orang Miskin Punya Harga Diri

2 April 2015   17:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:37 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ORANG MISKIN PUNYA HARGA DIRI

PernahkahAnda ke pasar kampung yang becek, kotor dan bau. Pasar yang dipenuhipedagang yang menggelar jualannya di atas tanah atau di pinggir jalan. Pedagang yang hanya bermodal puluh ribu rupiah saja. Dagangan pun tidak penting dan kurang bermanfaat. Hanya menjual misalnya daun pisang beberapa lembar, daun singkong atau singkong yang hanya berupa akar-akar singkong, karena belum waktunya di panen.

Daun pisang dan singkong mungkin mereka ambil dari kebun, kalau punya kebun. Darihalaman rumahnya, kalau punya halamannya, atau mengambil milik tetangganya yang diminta untuk dijual. Jika seluruh dagangannya terjual, uang yang didapatkan tidak lebih dari 50 ribu rupiah. Di potong pembayaran retribusi pasar, upeti preman pasar, dan biaya transportasipulang pergi, maka bisa mengantongi 10 –20 ribu rupiah.

Biasanya pedagang itu, sudah berumur alias tua. Badannya kurus kering, lemah, pakaiannya lucu dengan sandal jepit yang kotor. Sorot mata tajam. Urat-urat tangannya menonjol, karena hanya kulit, urat dan tulang. Wajah terlukis garis-garis beban hidup yang amat berat.

Mereka ini adalah kaum miskin. Kamus Bahasa Indonesia menulis, miskin artinya serba kekurangan, berpenghasilan sangat rendah. Sulit untuk menjelaskan berapa pendapatan mereka sebulan. Mereka orang-orang tidak memiliki pekerja tetap,tidak memiliki tanah garapan, tidak memiliki keahlian. Mereka berdagang,hanya untuk dapat bertahan hidup. Menjual apa saja yang bisa berubah menjadi rupiah untuk membeli 1 atau 2 liter beras. Tidak perlu bertanya, “Apa lauknya?” Cukupnasi dengan garam saja, mereka sudah senang.

Hebatnya, orang-orang miskin ini tidak merendah-rendahkan dirinya untuk meminta-minta alias jadi pengemis. Padahal sangat mudah, dengan usia sudah tua, fisik lemah dan kurus, memakai busana compang-camping, sudah bisa menjadi pengemis. Menadakan tangan, berakting sangat menderita, rupiah pun berdatangan. Namun, orang-orang itu tidak melakukannya.

Meskipun, miskin, atau sangat miskin, mereka mau menerima sesuatu dari orang lain dengan ada unsur memberi dan menerima (transaksi jual beli). Menerima uang dan memberikan barang kepada yang membeli. Kaum miskin ini adalah orang-orang yang berjuangmemerangi jiwa pengemis alias kaum pemalas dan tidak berguna bagi orang lain. Salah satu cara memberantas kaum pengemis adalah tidak menjadi bagian dari pengemis.

Jika suatu saat nanti anda ke pasar dan bertemu dengan pedagang miskin itu, belilah dagangannya, meskipun anda tidak membutuhkan dagangan itu. Dengan cara itu Anda sudah membantu orang-orang tidak beruntung yang berjuang bertahan hidup hanya untuk hari besok. Membantu untuk tidak menjadikannya pengemis.

Mereka bukan pemalas, hanya karena tidak ada yang harus dikerjakan. Mereka menjual barang-barang tidak berharga dan mungkin tidak berguna, karena hanya itu yang mereka miliki, untuk menyambung hidup besok hari, bukan lusa atau minggu depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun