Mohon tunggu...
Rusman D Rumaen
Rusman D Rumaen Mohon Tunggu... Dosen - Manusia Biasa

Mudah Karena Biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kemerdekaan Berpikir dalam Perspektif Continuity and Change

10 November 2022   17:32 Diperbarui: 10 November 2022   17:34 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Rusman Dani Rumaen

Pada tahun 2020 pandemi melanda hampir semua negara yang ada di dunia. Yang mana membuat kita harus cepat beradaptasi dengan keadaan lingkungan, baik lingkunagan pendidikan, sosial, ekonomi, politik dan hankam. Dalam dunia pendidikan mengalami perkembangan dari struktur kebijakan kurikulum maupun cara belajar. Perkembangan pembelajaran dari yang awalnya secara tatap muka di depan kelas, mengalami transformasi ke pembelajaran secara daring atau menggunakan jaringan internet dengan bantuan platform yang di sediakan. Sejalan dengan itu, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi itu juga berkembang secara cepat dan masif.  Kecepatan  itu membuat kita harus mengikuti dan tidak bisa menolak.

Kecepatan yang ada pada teknologi informasi di era pandemi awal tahun 2020 itu tentu memiliki nilai positif dan negatif. Sisi positifnya yang sederhana ialah kita dapat melakukan aktifitas pembelajaran dari rumah dengan terhubung di platform. Untuk sisi negatifnya ialah soal ketidak adanya jaringan internet di daerah-daerah yang masih susah terhubung internet. Sehingga, pada tahun 2021 di desain pembelajaran yang dilakukan secara daring dan luring. Pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka langsung namun terbatas dan melakukan pembelajaran secara virtual.

Kemerdekaan Berpikir

Kemerdekaan berpikir sejatinya di miliki setiap individu yang hidup. Kalau kita berpikir flashback yang di utarakan Rene Descartes seorang filsuf ternama perancis dalam bahasa latin Cogitu Ergo Sum “Aku Berpikir Maka Aku Ada”. Sebenarnya, ungkapan tersebut dimaksudkan untuk membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan manusia itu sendiri. Jadi, keinginan dan keberanian dalam mengungkapkan pendapat juga merupakan kemerdekaan dalam berpikir. Kalau kita pelajari ke belakang sejarah perjuangan bangsa indonesia yang dilakukan oleh pemuda dalam sumpah pemuda juga merupakan kemerdekaan dalam berpikir bahkan di laksanakan dengan tindakan.

Continuity

Kontinuitas dikutip dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti kelangsungan; kelanjutan; kesinambungan; keadaan kontinu. Kontinu sendiri berarti terus-menerus; berkesinambungan. Dalam kajian akademik, penggunaan istilah (term) untuk menjelaskan kesinambungan dan ketidaksinambungan tidak hanya kontinuitas dan diskontinuitas (continuity and discontinuity), namun juga menggunakan istilah kontinuitas dan perubahan (continuity and change). Mengenai kontinuitas dan diskontinuitas menyorot hal-hal yang mengalami keberlanjutan dan ketidakberlanjutan dalam rentang waktu tertentu. Oleh karena itu, banyak kajian terhadap hal tersebut yang bersifat diakronis. Sesuatu yang berlanjut maupun yang tidak berlanjut dideskripsikan dan kemudian dianalisis faktor penyebab dan dampaknya.

Keadaan yang ada, perlu kita membaca kembali dan memperhatikan asas Trikon dari Ki Hajar Dewantara mengenai sistem pendidikan di ruang kelas akan terlaksana secara efektif. Asas Trikon ini menjadi prinsip perubahan yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan transformasi pendidikan. Asas Trikon terdiri dari : (1) kontinuitas, (2) konvergensi dan (3) konsentris. Dijelaskan bahwa : Kontinuitas merupakan pengembangan pendidikan yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan, dilakukan terus menerus dengan membuat perencanaan yang baik. Karena, suatu kondisi yang baik tidak akan mudah dicapai dalam waktu yang singkat seperti sulap. Melalui perencanaan yang dilanjutkan pelaksanaan dan diakhiri dengan evaluasi dan perbaikan yang tepat. Konvergensi merupakan pengembangan pendidikan yang dilakukan bisa mengambil dari berbagai sumber di luar negeri, namun harus disesuaikan dengan kebutuhan yang kita miliki sendiri. Seperti dewasa ini, era digital yang telah memudahkan para guru untuk dapat mempelajari berbagai informasi pendidikan dari mana saja dan kapan saja. Konsentris merupakan pendidikan yang dilakukan tidak lepas dari kepribadian bangsa kita sendiri. Karena, tujuan utama pendidikan kita adalah menuntun tumbuh kembang anak setinggi-tingginya sesuai dengan karakter budayanya sendiri. Kita boleh mempelajari atau menggunakan teori atau dasar pendidikan dari bangsa lain, namun harus kita sesuaikan dengan budaya daerah agar memperoleh kemajuan yang sesuai dengan harapan.

Kalau kita telisik lebih jauh mengenai aktivitas pendidikan dapat terjadi melalui tiga ranah yaitu lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat. Ketiganya harus satu dengan lainnya saling mendukung. Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang terpenting dan memberikan pendidikan budi pekerti, agama, dan laku sosial. Lingkungan pendidikan sebagai tempat mendapatkan ilmu pengetahuan dan intelektualnya. Sedangkan lingkungan masyarakat sebagai tempat anak untuk berlatih membentuk watak atau karakter dan kepribadiannya.

Dalam kaitanya dengan kontinuitas dalam dunia pendidikan melalui lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan masyarakat, kita akan diperhadapkan dengan 2 mindset besar yakni fixed mindset dan growth mindset. Yang mana fixed mindset yang mengasumsikan kalau keadaan begini saja dan tidak terdapat perubahan atau pesimis. Sedangkan growth mindset asumsinya ialah kesadaran akan kemampuan sampai di sini namun selalu mengintrospeksi bahwa sebenrnya mungkin ada cara yang kurang dan harus di perbaiki agar supaya terciptanya perbaikan yang berkesinambungan. Dengan dua mindset ini sejatinya kita di haruskan memilih yang kaitanya dalam kemerdekaan berpikir. Harapanya, semoga melalui program pendidikan “merdeka belajar” saat ini dapat mewujudkan guru – guru Indonesia yang dapat melakukan perubahan – perubahan nyata di kelas atau di sekolah sesuai daerahnya masing – masing.

Change

Perubahan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu berubah-ubah dan sangat cepat. Adanya perubahan memberikan sebuah kenyataan bahwa hidup itu dinamis. Seiring dengan perubahan yang terjadi itu, pada akhirnya akan memicu pola pikir atau mindset dari individu. Menurut Neni Nurmayanti Husanah, perubahan merupakan  sesuatu yang unik karena perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai kehidupan itu berbeda-beda dan tidak bisa disamakan, walaupun memiliki beberapa persamaan dalam prosesnya. Lebih lanjut, Cateora (MGH) menjelaskan bahwa, perubahan adalah hasil suatu masyarakat yang mencari cara memecahkan masalah yang diciptakan oleh perubahan dalam lingkungannya. Sehingga, berpikir perbahan adalah berpikir inovasi dan kreatif yang mana mencoba hal baru, untuk berpindah dari posisi awal ke posisi yang lebih baik dalam menciptakan suatu perubahan.

Berkaitan dengan itu, perubahan mindset (pola pikir) dalam merumuskan, implementasi apa yang di pikirkan juga begitu penting. Seperti apa yang dituliskan oleh Prof. Dr. Arif Satria, M.Si dalam bukunya Mindset Baru untuk Transformasi Bagian III tentang  Future Mindset dan Pelopor Inovasi, yang mana dilakukan oleh Mckinsey dalam studinya menunjukan bahwa faktor utama prestasi akademik siswa di 72 negara ternyata bukan faktor guru, orang tua, sekolah, melainkan mindset (pola pikir) siswa itu sendiri. Keadaan studi itu memang sangat mengaruskan siswa harus mendapatkan motivasi kuat serta kepercayaan diri yang tangguh akan berpengaruh pada kecepatan belajar. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa Mindset masa depan adalah kerangka pandang , keinginan dan dorongan diri untuk menjadi bagian dari masa depan dengan mempersiapkan diri termasuk berinovasi yang berorientasi pada future practice. Manakala tugas pelopor inovasi adalah menciptakan hal baru (future practice) yang memerlukan sikap keingintahuan yang tinggi, belajar, berpikir, mencoba dan berimajinasi adalah yang selalu dilakukan.

Dalam pandangan yang disampaikan di atas, terjadi perubahan pola pikir yang diharapkan cepat dan terukur. Pembelajaran juga mengalami perubahan mindset, yang mana awalnya sebelum pandemi dilakukan dengan tatap muka berubah menjadi pembelajaran virtual (melalui platform). Yang mana di era distrupsi membutuhkan kita harus cepat dan terukur dalam berpikir dan menciptakan perubahan dalam hidup dan perubahan lingkungan pembelajaran. Manakala, jika perubahan mindset tidak dilakukan secara cepat di era distrupsi, maka kita mengalami ketertinggalan terhadap segala informasi yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun