Oleh : Rusman Dani Rumaen | Manusia Biasa
Pendidikan di indonesia akhir-akhir ini banyak mencuri perhatian berbagai kalangan praktisi pendidikan. Yang mana fenomena ini bukan barang baru, tetapi telah di praktikkan sejak lama oleh satuan pendidikan tingkat yang paling awal. Kadang praktik yang dilakukan di anggap biasa, kreatif dan inovatif.Â
Praktik yang kerap dilakukan oleh satuan pendidikan (TK, SD, SMP dan SMA se-derajat) ialah wisuda. Wisuda kalau diaktikan berdasarkan yang diserap bahasa jawa ialah upacara peneguhan atau pelantikan bagi seseorang yang telah menempuh pendidikan. Kalau dikalangan akademik, wisuda merupakan penanda kelulusan mahasiswa di universitas (Wikipedia, diakses 2022).
Wisuda tentunya memiliki  ornamen seperti jubah dan toga. Yang mana prosesi wisuda yang paling dinantikan ialah memindahkan tali toga dari kiri ke-kanan. Semua pendidik pada satuan pendidikan pasti telah melewati itu. Walau toga itu kadang terlihat aneh tetapi memiliki sejarah serta filsafat yang cukup panjang dan jauh.
Pada tahun 1200 M bangsa pribumi romawi (memperkenalkan toga). Yang mana toga dan pakaian jubah itu di perkenalkan oleh bangsa etruskan. Kalau kita membaca sejarah islam toga dan jubah ini di perkenalkan oleh seorang muslimah yang bernama Fatimah Al-Fihri.Â
Perempuan yang lahir di Qairrawwan, Tunisia pada tahun 800 M. Fatimah Al-Fihri merupakan pendiri universitas pertama di dunia yakni Universitas Al-Qarawiyyin, di daerah Fes, Maroko yang mana tercantum dalam buku Guinness Wolrd Records 1989 bahwa universitas pertama dan tertua (Subhan, 2020).
Hari ini ada fenomena yang ramai dilakukan oleh institusi pendidikan pada satuan pendidikan. Kegiatan ini sebenarnya telah berlangsung lama oleh satuan pendidikan tingkat TK yakni wisuda. Wisuda kalau dipelajari lebih jauh ialah sesuatu penanda yang dilakukan di akhir masa sekolah seorang mahasiswa di universitas/Institut/Akademi/Sekolah Tinggi.Â
Bila dilihat hari ini wisuda bukan lagi dilakukan oleh instutusi pendidikan tinggi melainkan yang paling belia yakni TK bahkan kerap juga dilakukan sekarang oleh berbagai satuan pendidikan tingkat SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA.Â
Keadaan ini menandakan bahwa makna dari wisuda dengan segala ornamenya telah mengalami pergeseran makna. Manakala wisuda hanya dilakukan pada perguruan tinggi akan tetapi juga dilakukan di satuan pendidikan yang paling bawah.
Fenomena ini membuat saya selaku pribadi prihatin. Mengapa? Karena wisuda dan segala ornamenya hanya dilakukan oleh mahasiswa, kini telah di terapkan di satuan pendidikan dibawahnya, yang jika ditelisik tidak memiliki landasan filosofis untuk dilakukan pada satuan pendidikan, tingkatan di bawah perguruan tinggi.Â