Mohon tunggu...
Rusman Abdillah
Rusman Abdillah Mohon Tunggu... Guru - SD Integral Ummul Quro I Founder asahapp.com

Tertarik pada pendidikan dan MSDM

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Selamatkan Hari Guru

25 November 2024   09:39 Diperbarui: 25 November 2024   10:42 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di pagi yang cerah di akhir November, seorang guru senior duduk merenung di ruang guru. Di tangannya tergenggam secarik kertas bertuliskan tema Hari Guru Nasional tahun ini: "Guru Hebat, Indonesia Kuat." Slogan ini terdengar megah, seakan menjadi seruan penuh semangat untuk memuliakan peran guru. Namun, di balik kata-kata itu, terselip kegundahan: "Apa arti hebat jika kesejahteraan kami diabaikan? Bagaimana menjadi kuat jika kami terus terbebani oleh tekanan yang mencekik?"

Guru adalah penjaga peradaban dan penggerak perubahan, tak sekadar pengajar tetapi pendidik sejati yang membangun karakter dan menanamkan nilai-nilai luhur. Namun, realitas kehidupan para guru di Indonesia sering kali jauh dari ideal. Layaknya pohon yang terus dipaksa berbuah tanpa air dan pupuk, guru-guru kita menghadapi tantangan yang berat tanpa dukungan yang memadai. Hari Guru seharusnya menjadi momen refleksi yang mendalam-bukan hanya ajang seremonial belaka.

Guru dalam Jerat Realitas

Potret kehidupan guru di Indonesia penuh dengan tekanan, mulai dari beban administrasi hingga kesejahteraan yang memprihatinkan. Di kota-kota besar, guru harus bergulat dengan kurikulum yang terus berubah, tuntutan profesionalisme tinggi, dan ancaman hukum saat mendisiplinkan siswa. Sementara itu, di daerah terpencil, mereka harus menghadapi keterbatasan fasilitas, minimnya dukungan, dan jauhnya akses terhadap pelatihan.

Namun, masalah tak berhenti di sana. Salah satu sisi gelap yang jarang dibicarakan adalah semakin banyak guru yang terjerat pinjaman online ilegal (pinjol). Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa guru menjadi kelompok profesi yang paling rentan terjerat pinjaman online. Alasan utamanya adalah gaji yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup, terlebih di tengah inflasi dan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok.

Bayangkan seorang guru yang telah bekerja puluhan tahun, namun gajinya tak cukup untuk menyekolahkan anak atau memenuhi kebutuhan dasar. Dalam kondisi terjepit, pinjol sering kali menjadi pilihan terakhir---meskipun dengan bunga mencekik. Tak jarang, mereka menghadapi intimidasi dan tekanan dari penagih pinjaman yang merendahkan martabat mereka. Ini bukan hanya soal kesalahan individu, tetapi cerminan dari lemahnya sistem yang seharusnya melindungi guru dari jeratan ekonomi semacam ini.

Selain persoalan ekonomi, guru juga menghadapi risiko besar dalam menjalankan tugasnya. Kasus Guru Supriyani dan Guru Zaharman yang terseret ke meja hijau karena mencoba mendisiplinkan siswa adalah gambaran nyata dari rapuhnya perlindungan hukum terhadap profesi guru. Dalam situasi seperti ini, keberanian untuk memberikan pendidikan nilai malah dianggap sebagai ancaman, sementara tindakan mendidik sering kali disalahpahami.

Fenomena ini menunjukkan dua hal: pertama, minimnya perlindungan sistemik bagi guru; kedua, budaya masyarakat yang semakin memandang pendidikan hanya dari sisi akademik, mengabaikan pentingnya pendidikan karakter. Guru, yang seharusnya dihormati sebagai pendidik nilai, kini sering kali hanya dianggap sebagai penyedia layanan pendidikan semata.

Selamatkan Guru, Selamatkan Masa Depan

Sebagai pendidik, guru memikul tanggung jawab besar. Plato menyebut mereka sebagai "pembentuk jiwa masyarakat," dan tak berlebihan jika masa depan bangsa ditentukan oleh tangan mereka. Namun, bagaimana mungkin seorang guru dapat mencetak generasi hebat jika ia sendiri terjebak dalam masalah yang mencekik?

Menyelamatkan guru berarti memberikan dukungan nyata, bukan sekadar apresiasi simbolis. Dukungan ini harus mencakup beberapa hal mendasar, seperti:

1. Peningkatan Kesejahteraan

Gaji guru, terutama guru honorer, harus ditingkatkan ke tingkat yang layak agar mereka tidak lagi bergantung pada pinjol atau pekerjaan sampingan yang menguras energi.

2. Perlindungan Hukum

Guru membutuhkan perlindungan hukum yang jelas saat menjalankan tugas mendidik, termasuk dalam upaya mendisiplinkan siswa. Pemerintah perlu memastikan bahwa guru tidak lagi rentan terhadap ancaman hukum yang justru melemahkan otoritas mereka.

3. Dukungan untuk Berkembang

Pelatihan berkala yang relevan dan akses terhadap teknologi pendidikan harus diberikan agar guru dapat mengikuti perkembangan zaman. Hal ini juga akan mencegah mereka merasa "tertinggal" dalam era digital yang serba cepat.

4. Pemberantasan Pinjaman Online Ilegal

Seiring dengan pemenuhan poin 1, Pemerintah dan masyarakat perlu memberikan perhatian khusus terhadap jeratan pinjol yang banyak menimpa guru. Edukasi literasi keuangan dan pengawasan ketat terhadap praktik pinjol ilegal harus menjadi prioritas.

Guru Hebat Lahir dari Kolaborasi Hebat

Pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi tanggung jawab bersama. Guru tidak dapat bekerja sendiri. Mereka memerlukan dukungan dari masyarakat yang menghargai, siswa yang menghormati, dan pemerintah yang sungguh-sungguh memperjuangkan kesejahteraan mereka. Kolaborasi ini adalah kunci untuk mewujudkan slogan "Guru Hebat, Indonesia Kuat" menjadi kenyataan.

Kita harus berhenti memandang guru sebagai pekerja biasa. Mereka adalah arsitek masa depan bangsa. Apresiasi terhadap guru bukan berarti memanjakan mereka, tetapi memperkuat posisi mereka sebagai teladan yang layak dihormati. Ketika guru sejahtera, mereka akan memiliki energi dan semangat untuk mencetak generasi unggul yang akan membawa Indonesia ke masa depan yang lebih cerah.

Hari Guru adalah waktu untuk bertanya pada diri sendiri: apakah kita sudah cukup mendukung mereka? Apakah apresiasi yang kita berikan hanya sebatas kata-kata indah atau telah diwujudkan dalam tindakan nyata? Guru yang sejahtera secara emosional, finansial, dan profesional adalah cerminan dari bangsa yang kuat dan beradab.

Mari kita jadikan momen ini sebagai langkah awal perubahan. Karena seperti rumput hijau yang membutuhkan air untuk tetap segar, guru pun memerlukan dukungan untuk terus menginspirasi. Dengan kolaborasi yang tulus, kita tidak hanya menyelamatkan guru, tetapi juga menyelamatkan masa depan bangsa.

Selamatkan Hari Guru adalah suatu upaya kearah konkret menjadikan tema "Guru Hebat, Indonesia Kuat" hidup dalam langkah nyata kita bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun