Saya senang dan berbahagia bisa bertemu dengan teman-teman Kompasianer Mettasik juga para sahabat hebat Kompasianer.
Kebahagiaan saya semakin bertambah karena memiliki kesempatan untuk berbagi kebaikan melalui tulisan di blog Kompasiana.
Waktu dulu saya senang ketika bertemu dengan teman yang baik dan tidak senang ketika bertemu teman yang tidak baik. Seiring berjalannya waktu dengan mengalami proses belajar secara formal maupun informal, banyak membaca, dan berdiskusi dengan sahabat baik, sampailah saya pada titik perubahan.
Ada suatu peristiwa yang merubah cara pandang saya terhadap perubahan-perubahan eksternal yang berada di luar kendali diri saya, bahwa segala sesuatu yang terkondisi pasti akan mengalami perubahan, pasti mengalami ketidakpuasan dan tiada inti diri.Â
Perubahan itu pasti terjadi pada semua manusia beserta alam semesta.
Pada masa sebelum pandemi saya diajak seorang teman untuk berkunjung ke sebuah lembaga pemasyarakatan (lapas) di Kota Tangerang. Awalnya saya ragu-ragu menerima ajakan teman ini, karena dalam pikiran saya langsung muncul, nanti saya bertemu dengan para pelaku kejahatan, ngeri sekali dalam hati saya.
Namun teman saya mengajak dengan kebaikan, coba ikut saja biar punya pengalaman membantu orang yang sedang kesulitan berada dalam penjara. Pada kesempatan berikutnya saya berkunjung kembali ke sebuah rumah tahanan (rutan) untuk sekedar berbagi cerita dan mendengarkan cerita dari para warga binaan di rutan tersebut.
Para warga binaan kebanyakan tersangkut kasus narkoba, ada beberapa yang sudah divonis hakim, juga ada yang masih menjalani proses persidangan di pengadilan. Sebagian masyarakat yang pernah tersangkut kasus kejahatan atau pernah di penjara akan merasakan bahwa hidupnya telah menjadi tidak baik, ada yang merasa sangat malu sehingga tidak bisa lagi hidup bermasyarakat.
Stigma dari masyarakat kepada orang-orang yang keluar dari penjara membuat pandangan buruk bahwa seseorang yang pernah di penjara akan selamanya menjadi penjahat.
Pada kenyataannya tidaklah demikian, para pelaku kejahatan adalah sama seperti kebanyakan orang yang menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik.
Pelaku kejahatan yang menyadari bahwa perbuatannya merugikan diri sendiri dan orang lain akan selalu berusaha untuk memperbaiki diri. Mereka juga berharap ada kesempatan, sehingga bisa membuat perubahan menjadi lebih baik, mulai saat ini dan seterusnya.
Peristiwa mengunjungi rutan dan bertemu dengan pelaku kejahatan ini, mengingatkan saya ketika masih kecil. Sewaktu masih kecil, saya bersama teman main, pernah melakukan pencurian botol-botol kosong di warung yang sedang tutup. Kami menduga pemiliknya pulang kampung atau memang sudah tidak berdagang lagi. Botol-botol kosong itu kemudian kami jual kepada pengepul barang bekas.
Uang hasil penjualan kami belikan minuman dan jajanan bakso untuk dimakan bersama-sama. Bagi yang pernah melakukan kejahatan skala kecil, sedang, bahkan besar sekalipun janganlah berkecil hati, karena kehidupan ini pasti berubah dan terus berubah.Â
Dengan adanya perubahan ini, maka ada kesempatan untuk berubah ke arah yang lebih baik. Kita bisa merenungkan ke dalam diri masing-masing, atau bisa melihat contoh nyata di kehidupan ini, berbagai perubahan yang terjadi.
Orang kaya bisa jadi miskin, orang sehat bisa jadi sakit, orang jahat bisa jadi baik, begitu juga sebaliknya.
Tidak ada kondisi yang kekal dan abadi, cepat atau lambat pasti mengalami perubahan. Perubahan bisa ke arah yang baik atau ke arah yang buruk.
Perubahan yang terjadi di luar diri kita, tidak dapat kita kendalikan, namun kita bisa merubah diri kita dalam menghadapi perubahan yang terjadi, kita bisa merubah sikap dan perilaku untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik.
Seperti peristiwa saya bertemu dengan para pelaku kejahatan di dalam penjara dan saya sendiri pernah berbuat kejahatan dengan mencuri botol-botol kosong di warung. Setiap orang pasti pernah melakukan kebaikan dan pernah juga melakukan kejahatan.
Seperti sebuah perumpamaan:
 "Sebaik-baiknya orang, pasti pernah melakukan kejahatan"
 "Sejahat-jahatnya orang, pasti pernah berbuat kebaikan".Â
Perubahan dari yang buruk (penderitaan) menjadi baik (kebahagiaan) harus dimulai dari dalam diri kita sendiri. Perubahan ke arah yang lebih baik adalah cita-cita dan dambaan semua orang. Ciptakanlah kesadaran dalam diri bahwa kehidupan ini harus memberikan manfaat kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Dengan munculnya kesadaran dalam diri seseorang untuk berubah ke arah yang lebih baik, maka ada 4 cara yang dapat dilakukan seseorang untuk merubah yang buruk menjadi baik agar tercapai kebahagiaan.Â
1. Mencegah kejahatan yang belum dilakukan.
2. Mengurangi kejahatan yang sudah dilakukan.
3. Lakukan perbuatan baik yang belum pernah dilakukan.
4. Menambah atau meningkatkan perbuatan baik yang sudah dilakukan.
Dengan 4 cara ini maka perubahan ke arah yang lebih baik menuju kebahagiaan akan dapat dicapai oleh semua orang.
Perubahan akan mencipta bahagia ketika kita selalu sadar dan mawas diri, dengan tidak melakukan segala bentuk kejahatan, senantiasa menambahkan kebajikan, dan membersihkan batin dengan praktik meditasi.
Selamat berubah menjadi baik,
Semoga harapan baik menjadi kenyataan.
Semoga semua berbahagia.
#perubahan itu pasti
#kebajikan harga mati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H