Mohon tunggu...
Rusli Sucioto
Rusli Sucioto Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Amatiran

Masih banyak hal yang indah buat ditulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Vihara Kuan Am Tu, Saksi Bisu Pengungsi Vietnam di Pulau Galang

31 Januari 2017   19:31 Diperbarui: 16 September 2017   02:52 2729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghabiskan liburan Imlek kali ini di Batam terasa lengkap, ketika saya mengunjungi Vihara Kuan Am Tu di Pulau Galang, yang terletak sekitar 50 km dari pusat kota Batam dan ditempuh dengan perjalanan darat sekitar satu jam lebih. Pulau Galang adalah bagian dari propinsi Riau Kepulauan yang telah dihubungkan dengan jembatan bersamaan dengan pulau-pulau lainnya, seperti Pulau Nipah dan Pulau Rempang. Pulau Galang memang terkenal dengan fakta sejarah di mana Indonesia pernah menyediakan pulau ini bagi ratusan ribu pengungsi Vietnam yang keluar dari negeri mereka ketika perang saudara dari tahun 1960an hingga 1970an. Tempat penampungan pengungsi Vietnam itu terkenal dengan nama Kamp Sinam hingga sekarang.

Perang saudara yang berlangsung puluhan tahun itu memaksa jutaan lebih warga Vietnam memilih keluar pergi dan kemudian menyebar ke negara tetangga. Jutaan pengungsi kala itu langsung menimbulkan masalah sosial di negara sekitarnya, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan negara ASEAN lainnya. PBB langsung turun tangan dan melalui UNHCR, lembaga Internasional yang menangani masalah pengungsi, akhirnya menetapkan Pulau Galang sebagai tempat penampung bagi pengunsi Vietnam. 

Pulau Galang dengan luas sekitar 250 hektar itu terpilih bukan saja karena saat itu masih kosong, namun juga karena kesediaan pemerintah Indonesia untuk menampung pengungsi Vietnam atas dasar kemanusian. Tercatat saat itu ratusan ribu pengungsi Vietnam ditampung dengan berbagai kisah pilu, mulai dari bahaya terbunuh di negeri sendiri hingga harus terkatung-katung di atas kapal ketika mengarungi Laut Cina Selatan yang membawa mereka entah ke mana. Belum lagi pertikaian di antara pengungsi sendiri karena ketatnya persaingan hidup di antara mereka. Keberadaan pengungsi Vietnam yang mendiami Pulau Galang dan kemudian beranak cucu tercatat mencapai 250.000 jiwa lebih.

Ketika saya tiba di kamp bekas penampungan, hal pertama yang dijumpai adalah Humanity Statue, sebuah patung kecil dibuat sebagai peringatan untuk seorang pengungsi wanita Vietnam bernama Tinh Nham Loai, bunuh diri karena depresi setelah diperkosa oleh pria sesama pengungsi Vietnam. 

Tugu ini menyimpan cerita mistis yang kental, di mana banyak kesaksian menyatakan ada pengunjung kesurupan ketika mengambil foto atau selfie di tugu ini. Tidak heran salah satu TV swasta bertajuk mistis pernah mengambil shooting di tempat ini dengan berbagai fenomena penampakan mistis di sekitarnya.

Humanity Statue
Humanity Statue
Sambil mengikuti jalan searah, tempat berikutnya adalah kuburan bagi pengungsi Vietnam yang meninggal. Kuburan Ngha Trang Gave ini terdapat 503 nisan dan sebagian besar dengan gambar salib menandakan idenditas mereka sebagai Kristiani, sebagian kecil lainnya dengan lambang Buddhis. Sambil terus berjalan dapat dijumpai barak atau kamp bagi pengungsi, namun sayangnya kamp terbuat dari papan itu hampir tidak berbentuk lagi karena dimakan waktu.

 Setelah itu juga dapat dilihat sebuah rumah sakit,  juga terbuat dari papan. Konon sebagai tempat pengobatan ketika penyakit Vietnam Rose menjalar di antara pengungsi.  Selain ittu di kamp ini terdapat 3 gereja, 2 di antaranya sudah dimakan usia dan hanya menyisakan sebuah gereja Katolik - Nha Tho Duc Me Vo Nhiem - meskipun terbuat dari papan namun masih berdiri megah. Selain itu juga terlihat musholla juga mulai habis tergerus usia.

Di ujung perjalanan akhirnya tiba juga di Vihara Kuan Am Tu, yang terletak di daerah ketinggian sehingga kita dapat menikmati panorama laut dengan pulau-pulau di sekitarnya. Apalagi di Hari Raya Imlek ini tercatat ribuan umat Buddhist dan Kong Hu Cu datang silih berganti untuk berdoa sambil menyampaikan syukur dengan memasang dupa sebagai upacara keagamaan. 

Di vihara ini terdapat patung Dewi Kwan Im, yang merupakan pujaan bagi umat Buddha dan Kong Hu Cu,di hadapan Dewi Kwan Im ini bagi umat yang percaya boleh berdoa sambil melemparkan uang logam sebagai tanda persembahan agar doa mereka dapat dikabulkan.

Vihara Kuan Am Tu dengan patung Dewi Kwan Im (dokumentasi pribadi)
Vihara Kuan Am Tu dengan patung Dewi Kwan Im (dokumentasi pribadi)
Di areal vihara dapat dijumpai data dan foto dokumentasi bagaimana sejarah vihara ini didirikan sebagai peringatan bagi pengungsi Vietnam. Vihara yang diresmikan Menteri Agama di tgl. 10 Desember 1979 ini memang menyimpan banyak kisah pilu pengungsi Vietnam di Pulau Galang yang tidak bisa diceritakan semua secara mendetail. Foto-foto dokumentasi hanya bisa mewakili bagaimana kejamnya tragedi yang ditimbulkan sebuah perang di Vietnam. Di vihara ini yang paling menarik perhatian adalah foto 1.000 wajah pengungsi Vietnam yang pernah menghuni kamp Sinam. 

Foto Dokumentasi di Areal Vihara (dokumentasi pribadi)
Foto Dokumentasi di Areal Vihara (dokumentasi pribadi)
Foto 1.000 wajah pengungsi Vietnam di Area Vihara
Foto 1.000 wajah pengungsi Vietnam di Area Vihara
Mulai tahun 1996 para pengungsi Vietnam mulai dipulangkan kembali ke negara asal mereka, meskipun sebagian ada menolak karena menyimpan trauma akibat perang namun akhirnya semua proses pemulangan berjalan lancar dan bahkan konon tidak tersisa satupun keturunan Vietnam di Pulau Galang atau bahkan daerah Riau Kepulauan. 

Para pengungsi Vietnam hanya menyisakan sisa barak penampungan yang membisu dan melapuk akibat dimakan usia. Terlihat yg masih mampu bertahan hanya Vihara Kuan Am Tu  memang merupakan pusat fakta sejarah kamp Vietnam di Pulau Galang.

Tidak heran umat Buddhis tetap rutin mengunjungi tempat ini untuk memanjatkan doa. Apalagi di Hari Raya Imlek seperti ini, ketika ribuan umat datang silih berganti untuk berdoa dan memasang dupa, terlihat banyak pengunjung lainnya yang meskipun sebenarnnya bukan beragama Buddha, dengan busana muslimin dan muslimah seperti foto di atas, ikut membaur untuk merasakan kemeriahan Imlek di areal vihara. Uniknya, tidak terlihat satupun aparat bersenjata berjaga, menunjukkan memang vihara Kuan Am Tu ini adalah sebuah tempat religius penuh kedamaian serta jauh dari rasa perbedaan. 

Jikalau anda berkesempatan mengunjungi kota Batam, tidak salah untuk mengunjungi kamp bekas pengungsi ini sebagai destinasi utama perjalanan anda. Dengan waktu tempuh sejam lebih, kita disuguhi panorama laut dan pulau-pulau kecil untuk memanjakan mata dan membuang rasa penat. Sepanjang jalan bisa kita temui rumah makan atau restoran menyajikan makanan laut yg segar. Jangan lupa menyiapkan makan ringan, seperti kacang atau pisang, di areal kamp Sinam kita dapat memberi makan ratusan ekor monyet-monyet liar. Dan di areal kamp Sinam, kita akan merasakan nuansa mistis dan aroma tragedi kemanusiaan akibat perang yg tertinggal di sana.

Memberikan Makan Buat Monyet Liar di Balik Pohon (dokumentasi pribadi)
Memberikan Makan Buat Monyet Liar di Balik Pohon (dokumentasi pribadi)
Salam dari Kota Batam, akhir Januari 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun