Sebagai pelaku industri di bidang energi, minggu ini saya memiliki kesempatan emas untuk mengunjungi proyek Geothermal yg masih berjalan di sebuah kota kecil di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, yaitu Sarulla. Kota yg berjarak kurang lebih 30 kilometer dari Tarutung ini sedang membangun PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) yg sudah berjalan sejak tahun 2014 yg merupakan konsorsium antara PT. Pertamina Goethermal Energy (PGE) dengan Medco Power Indonesia, Ormat International (AS), Itochu Corporation (Jepang) dan Kyushu Power Electric Company (Jepang). Dengan target 330 MW yg dibagi 3 tahap pembangunan di tahun 2016, 2017 dan 2018 jelas akan menjadikan Sarulla sebagai PLTP atau Geothemal terbesar di dunia.
Proyek ini sejatinya dibangun untuk menambah pasokan listrik di Sumatera Utara yg sering mengalami byar pet, karena selama ini hanya mengandalkan PLTU di Sicanang, Belawan yg jelas tidak bisa mengimbangi perkembangan propinsi yg begitu pesat. Proyek ini sebenarnya sudah mulai dibicarakan pemerintah Indonesia di melalui PT. Pertamina (Persero) dengan investor dari Jepang dan AS sejak tahun 1993 silam. Setelah melalui diskusi alot berkepanjangan, akhirnya pembangunan proyek ini mulai bisa dijalankan sejak 2014 lalu dengan mengambil tenaga panas bumi atau Geothermal di daerah sekitar Sarulla, yaitu Siariaria, Sibual Buali dan Namora untuk digunakan sebagai pembangkit listrik.
Akhirnya di April 2014 proyek ini menemukan titik terang dengan Medco Power sebagai pemegang saham terbesar dan proyek dapat ditargetkan siap tahap I di tahun 2016 ini, dengan keuntungan bagi PLN adalah untuk menghemat bahan bakar minyak sebesar 1 juta USD/hari serta mengurangi emisi CO2 yg berdampak negatif terhadap lingkungan.
Jika kita melihat dari dekat pembangunan PLTP Sarulla, maka kita hanya bisa belajar dari sejarah, bahwa birokrasi investasi di Indonesia masih banyak bermasalah. Mulai dari perizinan, pembebasan lahan, pembagian deviden investor dan masih banyak aspek yg perlu dibenahi. Sangat disayangkan Kabupaten Tapanuli Utara yg menyimpan begitu banyak titik geothemal yg merupakan energi yg murah dan ramah lingkungan harus terbengkalai karena konflik investor semata.
Penelitian sebelumnya dengan geolistrik dan geomagnetik, daerah di Siariaria Sipoholon saja dapat menghasilkan geothermal dengan kekuatan 300-400 Megawatt, belum lagi daerah lain sekitar Sarulla yg tidak jauh dari Danau Toba jelas menyimpan energi yg melimpah untuk diolah. Sebagai perbandingan, saat ini Indonesia memiliki 15 unit PLTP Geothermal dengan jumlah total kekuatan berkisar dibawah 1.000 MW, yg tersebar mulai dari Lumajang, Salak, Dieng, Kamojang, Darajat, Lahendong (Sulawesi), Sibayak (Sumatera), dll.. jelas tidak sebanding dengan jumlah total titik geothermal yg ada di Tapanuli Utara. Selain itu sumur geothermal di Tapanuli Utara relatif dangkal sehingga tidak memerlukan biaya lebih mahal untuk penggalian.
Saat ini tercatat hampir 50 titik geothermal yg tersebar di Kabupaten Tapanuli Utara dengan kekuatan rata-rata 200 Megawatt. Dan apabila semuanya dapat diolah dengan baik maka dapat kita hitung secara kasat mata semua PLTP di Indonesia jelas tidak bisa menyaingi kekuatan geothermal di Tapanuli Utara. Untuk itu sangat layak kita katakan bahwa Sarulla adalah geothermal terbesar di Indonesia bahkan dunia.
Salam..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H