Mohon tunggu...
Rusli Rinaldi
Rusli Rinaldi Mohon Tunggu... Buruh - hanya untuk bersenang senang

be your (better) self

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kiblat Kita Ka'bah, Bukan Hagia Sophia

31 Juli 2020   20:06 Diperbarui: 31 Juli 2020   23:59 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adapula tanggapan dari Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Joseph Borrell karena membatalkan keputusan penting yang dibuat tahun 1935 dan menjadikan situs tersebut berada di dalam naungan pengelolaan urusan agama.

Terang sudah, bahwa keputusan tersebut terlalu terburu-buru tanpa mempertimbangkan pendapat dari berbagai pihak. Kita menghormati hak kedaulatan Turki. Tetapi jangan sampai pengambilan keputusan tersebut memancing konflik yang besar, dan menstimulasi bibit-bibit intoleransi, karena kecerobohan yang dilakukan oleh pemerintah Turki. Hagia Shopia harusnya tetap menjadi Hagia Shopia, museum dengan ciri khas bangunan yang indah dan kubahnya yang besar, maha karya ahli ukur Yunani.

Jadi sudah jelas, seharusnya bangunan sejarah yang memiliki makna “Kebijaksanaan Suci” itu tetap difungsikan sebagai museum. Dengan makna “Kebijaksanaan” yang melekat itu, artinya pemerintah Turki dalam pengambilan keputusan harus dengan bijak dan mempertimbangkan sejarah yaitu kembali pada keputusan tahun 1934, memfungsikannya sebagai museum.

Makna “Suci” yang terkandung dalam namanya, dapat dimaknai bahwa bangunan yang memiliki nilai universal, nilai luhur yang menjadi kebanggaan setiap umat agama manapun. Akan banyak menimbulkan persoalan ketika bangunan tersebut dijadikan sebagai rumah ibadah, baik untuk umat Muslim maupun umat agama lainnya.

Kita harusnya bijaksana dalam berpikir, bertindak dan berucap. Harus adil sejak dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Seperti halnya kebijaksaan yang dimiliki khalifah berjuluk Singa Padang Pasir. Lagipula Rasulullah tidak pernah mencontohkan menjadikan rumah ibadah agama lain menjadi mesjid. Bisakah kita bijaksana dan adil sejak dalam pikiran, perkataan, dan berbuatan? Sekali lagi, kiblat kita Ka’bah, bukan Hagia Shopia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun