Mohon tunggu...
Ruslia
Ruslia Mohon Tunggu... -

mother. wife. daughter. teacher. it just me :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ngedumel Gegara Jalan

22 Maret 2015   21:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:17 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

1. Pernah dimarahin dan ditantang orang yang nggak jelas karena dia nggak bisa nyalip suami (hello.. kalo mau duluan ya nyalip aja, nggak usah pake marah-marah)

2. Suami pernah jadi korban tabrak lari sama anak berusia 16th, yang ngakunya nggak tahu kalau nabrak suami (aneh.. nabrak kok nggak tahu. orang nyerempet aja kerasa!)

3. Sepeda motor lewat trotoar (Yang jalan kaki dimarah-marahin karena sepeda motor ngga bisa lewat)

4. ABG nyetir sambil SMSan, diingatkan ehhh misuh-misuh

dll dll dll

Banyak contoh lain yang saking banyaknya sampai lupa :D Yang jelas ini PR kita bersama. Baik dari sopir angkot dan pengendara sepeda motor.

Jalan raya bukan milik pribadi, tapi milik bersama. Kalau memang ingin penumpang banyak, ya tingkatkan kualitas pelayanan angkot. Nggak lupa, berdoa sama Yang Mahakuasa, supaya dibukakan pintu rezeki yang berlimpah. Tenang aja, rejeki dan isi dompet nggak bakal tertukar kok. Kalau emang banyak tekornya, coba kalkulasikan dan ingat-ingat kenapa tekor? Semua pekerjaan itu sama-sama berat dan mempunyai porsi untung rugi yang sama kok. Karena tidak ada tiang yang lebih besar daripada pasak. Kalau ada paguyuban yang mengatur semuanya, maka sebaiknya dipatuhi peraturannya. Peraturan dibuat itu BUKAN untuk dilanggar, tapi memudahkan kita berperilaku etis sesuai dengan kaidah dan norma-norma yang berlaku, yang secara tidak langsung juga mengangkat harkat dan kehormatan kita. Sopir angkot yang ugal-ugalan? Hhhhh, pasti didoakan nggak baik deh sama penumpangnya :)

Pengendara sepeda motor juga harus sadar diri. Jalan raya bukanlah arena balapan. Kalau pengen kebut-kebutan, ada baiknya menyewa sirkuit atau arena balap. Atau kalau mau murah meriah, pinjam lapangan saja. Puas-puasin deh kebut2an disitu. Dijamin, nggak ada yang akan melarang. Ada baiknya kita harus bijak membebaskan anak mengendarai kendaraan pribadi. Kita harus bisa memutuskan kapankah waktu yang tepat untuk anak ber-rea reo dengan kendaraan mereka. Memberikan kebebasan kepada anak bukan berarti membebaskan mereka untuk bertingkah laku dan berperilaku sebelum usianya. Tapi memberikan apa yang mereka butuhkan tepat sesuai usia mereka. Buat pengendara yang sudah berusia 17th lebih, ya mbok malu sama kucing kalau mau marah-marah nggak jelas. Semepet-mepet apapun waktu yang tersisa, jangan salahkan orang lain. Tapi salahkan saja diri anda sendiri, kenapa ngga berangkat lebih awal? Kalau nyalip ngga bisa, ya jangan marah-marah. Mbok pliss deh kalau gitu. Belajar nyetir dulu aja yang bener. Lagian, sudah punya SIM belum, kok mau nyalip2 segala?

Mungkin ini sekedar uneg-uneg saja, yang bingung harus dicurahkan kemana selain ke media. Semoga artikel ini bermanfaat, bagi pembaca dan tentu saja bagi saya. Semoga bisa menjadi sebuah pengingat, bagaimana semestinya kita ini berada dijalan, khususnya sebagai sopir angkot dan pengendara sepeda motor

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun