Mohon tunggu...
Ruslia
Ruslia Mohon Tunggu... -

mother. wife. daughter. teacher. it just me :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ngedumel Gegara Jalan

22 Maret 2015   21:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:17 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angkutan umum, biasa kita sebut angkot, sangat berjasa dalam kehidupan kita sehari-hari, khususnya bagi anak sekolah dan pekerja/ karyawan yang belum memiliki kendaraan pribadi. Kalau untuk pengguna jalan raya yang lain, angkot sering jadi kambing hitam, biang kerok semua masalah lalu lintas. Yang berhenti seenak udelnya lah, yang jalannya kebut-kebutan lah, dan lain-lain. Lha emang iya, rata-rata angkot emang begitu lajunya. lain ladang lain belalang, sopir angkot juga ikut-ikutan menyalahkan pengguna jalan raya yang lain, yang dalam hal ini hampir 90% yang mereka maksud adalah pengendara sepeda motor. Yang beginilah, yang begitulah, dsb dsb. Lha emang iya, rata-rata pengguna sepeda motor juga sama ugal-ugalannya. Berkelok-kelok layaknya Valentino Rossi, duduk miring, ngebut dengan kecepatan supersonic (weleh-2), kadangkala yang mengendarai juga bocah-bocah SMP.

Tanpa kita sadari, sebelum kita memulai aktifitas pagi, sopir angkot terlebih dulu terjaga. Mereka berangkat sebelum adzan Shubuh berkumandang, mencoba mengais rezeki ditengah berbagai macam tekanan karena kebutuhan. Tekanan dari kebutuhan keluarga, tekanan setoran ke juragan, yang sayangnya tekanan membawa keselamatan penumpang yang seringkali mereka abaikan. Kalau waktu sudah mepet, tak jarang mereka kebut-kebutan berebut penumpang. Sampai-sampai bisa gontok-gontokan dengan teman sesama sopir angkot. Namun, kalau waktu lagi senggang, kesantaian mereka ibarat buah rukem/ jirek bagi para penumpangnya. Bisa ngetem berjam-jam, yang pastinya amat-sangat membosankan, dan tentu menjengkelkan bagi penumpang. Kalau diingatkan, paling juga nyahutnya sebentar lagi. Tanpa mereka sadari, bahwa penumpang yang mereka bawa adalah amanah, yang juga tengah mengemban amanah. Pliss deh, pak sopir...

Berbagai tekanan yang muncul membuat sebagian orang memilih sepeda motor sebagai alternatif lain untuk menjalankan aktifitasnya. Maaf yaa pak sopir angkot, kita butuh yang cepet...

Jalan raya sekarang mulai banjir dengan sepeda motor. Ada yang bebek, ada yang matic, ada yang kayak punya Valentino Rossi, ada yang namanya ke-Jepang2an, muacem-macem deh. Ironisnya, banyak pengendara yang belum berusia 17th wara-wiri di jalan raya, biasa pake jalan raya dengan kecepatan SuperSonic, merasa dirinya paling cepat dan hebat, walau kadang helm yang mereka pake kegedean, atau pas lampu merah mereka masih jinjit2 berhenti karena kakinya yang belum sampai (termasuk saya). Benar-benar deh menyimpan cerita sendiri-sendiri.

Berdasarkan pengalaman, memang tidak mengenakkan, namun memang harus dishare agar masalah ini dapat dipahami sebagai PR bersama.

Dengan angkot :

1. Pernah dioper tiga kali karena angkot sepi penumpang

2. Pernah ngetem luama bingit, sehingga perjalanan normal biasanya 1 jam jadi 2,5 jam!

3. Pernah ditarik ongkos 3x lebih mahal sepulang silahturahmi hari Raya Idul Fitri (padahal angkot full penumpang)

4. Pas mengendarai sepeda motor, pernah ditabrak secara halus (bingung istilahnya gimana karena didorong pake angkot) angkot pas jalanan macet. Kondisi bawa anak pula (bikin ilfeel banget!)

Dengan sepeda motor :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun