Kenyataannya memang begini, bagai dihujam besi panasÂ
Aku tak tahan bermain sandiwara dengan seseorang yang kucinta
Hati ini tak pernah tersenyum, selalu saja bersedih
Gelagat manjamu seakan membius ragaku yang tak berdaya ini
Hingga terperosok jurang asmara yang begitu kelabu
Hitam, semuanya nampak terlihat hitam
lilin-lilin kecil yang kita bina sedari dulu kini berangsur padam
Noktah hitam itu sudah menggerogoti jiwa yang malang ini
Tertindih beratnya sakit yang kau lukis di pelupuk mata iniÂ
Aku mencoba bertahan, nyatanya duri itu tak bisa aku keluarkan
Tubuhku terbakar api asmara yang bergelora
Maksud ingin menggenggam cinta
Malah racun tikus yang kau tawarkan
Sungguh hina diriku dihadapanmu
Bagai sampan yang terseret derasnya arus kepiluan
Aku putuskan untuk pasrah pada sebuah keadaan
Cukup ku rasakan sedikit kasih yang kau berikan
Kebanyakan hanya sakit hati yang kurasakanÂ
Kala kuingat masal lalu, kau sungguh perhatian dan penyayangÂ
Semuanya hilang terhalang tembok kebohongan yang menjulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H