Mohon tunggu...
Ruslan Abdul Munir
Ruslan Abdul Munir Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Writer

Random content

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bagai Dihujam Besi Panas

28 Agustus 2024   13:44 Diperbarui: 28 Agustus 2024   13:54 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(pexels.com/Hunt on Photos Studio)

Kenyataannya memang begini, bagai dihujam besi panas 

Aku tak tahan bermain sandiwara dengan seseorang yang kucinta

Hati ini tak pernah tersenyum, selalu saja bersedih

Gelagat manjamu seakan membius ragaku yang tak berdaya ini

Hingga terperosok jurang asmara yang begitu kelabu

Hitam, semuanya nampak terlihat hitam

lilin-lilin kecil yang kita bina sedari dulu kini berangsur padam

Noktah hitam itu sudah menggerogoti jiwa yang malang ini

Tertindih beratnya sakit yang kau lukis di pelupuk mata ini 

Aku mencoba bertahan, nyatanya duri itu tak bisa aku keluarkan

Tubuhku terbakar api asmara yang bergelora

Maksud ingin menggenggam cinta

Malah racun tikus yang kau tawarkan

Sungguh hina diriku dihadapanmu

Bagai sampan yang terseret derasnya arus kepiluan

Aku putuskan untuk pasrah pada sebuah keadaan

Cukup ku rasakan sedikit kasih yang kau berikan

Kebanyakan hanya sakit hati yang kurasakan 

Kala kuingat masal lalu, kau sungguh perhatian dan penyayang 

Semuanya hilang terhalang tembok kebohongan yang menjulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun