Menu Pecel Rawon menjadi pilihan saya. Menu di Banyuwangi ini merupakan gabungan dua menu menjadi satu. Jadi selain menemui menu pecel , juga ada menu daging rawon. Saya jadi berkeringat , karena menu yang disajikan pagi itu begitu menantang. Pedas.
Setelah perut terisi, saya dan tim menuju pantai Bangsring. Pantai ini merupakan pantai konservasi terumbu karang yang rusak . Adalah seorang pemuda bernama Ikhwan Arief yang merupakan pelopor perubahan sikap masyarakat pantai Bangsring agar berhenti menggunakan bom ikan yang merusak ekosistem laut.
Ketika saya hadir, banyak siswa siswi sedang belajar snorkeling. Dari pantai menuju rumah apung hanya membutuhkan waktu tak lebih dari 5 menit. bIayanya untuk menyeberang menggunakan kapal motor yang dimodifikasi hanya lima ribu rupiah.
Di sekeliling rumah apung itulah terdapat jaring apung yang berisi anak anak ikan hiu. Wisatawan diperbolehkan berenang bersama hiu. Karena Hiu masih anak anak, maka tak berbahaya berenang bersama hiu. (Mungkin kalau ibu si Hiu muncul , baru bahaya mengancam...)
Pantai Bangsring menjadi salah satu destinasi yang cukup diminati, karena dari pantai ini terlihat jelas pulau Bali. Pantai ini dikelola cukup baik, ada beberapa hal kreatif dilakukan relawan di tempat ini. Seperti apertemen ikan, shelter yang terbuat dari botol kemasan.rumah burung, tamanan hias.
Rumah apung ditengah laut merupakan destinasi yang menarik buat saya, sayang saya tak membawa baju ganti untuk belajar snorkeling.
Perjalanan saya ke Banyuwangi masih cukup panjang, karena menyempatkan diri untuk ke desa Gombengsari yang merupakan desa penghasil kopi Banyuwangi dan juga peternak kambing Etawa. Namun sebelum ke Gombengsari, saya dan tim makan siang di sebuah rumah makan Sego Tempong Mbak Wah, Â yang merupakan menu suku osing. Makanan suku osing sangat terkenal karena menggunakan sambel ulek yang khas. Pedas tapi tidak membuat perut panas.
Sayang , saya dan tim harus segera kembali ke Sidoarjo menggunakan kereta malam itu. Perjalanan kereta dari Banyuwangi memakan waktu sekitar 6 jam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H