Saya langsung bertanya kepada mas Agung lebih lanjut tentang pantai ini. Setelah mendapat penjelasan singkat, saya jadi mafhum yang dimaksud pantai syariah. Rupanya, pantai syariah ini digagas oleh bupati banyuwangi. Pantai ini memiliki pembatas untuk pengunjung pria dan wanita.
Untuk menuju pantai syariah Santen, tak terlalu jauh dari pusat kota. Hanya butuh waktu tak lebih dari 20 menit dengan kendaraan roda empat.
Menurut mas Agung, biasanya ada petugas pantai yang menjaga pintu masuk dan langsung memisahkan laki laki dan wanita. Mungkin karena saya dan tim datang terlalu pagi, saya tak menemui petugas penjaga  pintu masuk. Jadi saya dan tim yang dua orang diantara kami wanita bisa tetap masuk secara bersama sama (tidak terpisah).
Fasilitas wisata pantai terlihat lengkap. Ada tenda pantai dengan warna warni, lalu ada tempat duduk yang juga berwarna warni. Permainan wisata air seperti banana boat , kapal wisata juga tersedia.
Selain sebagai pantai wisata ,Pantai pulau Santen juga merupakan kawasan nelayan tradisional. Pagi itu, saya melihat langsung aktifitas nelayan yang sedang menjaring, ada  yang sedang mencari kerang , ada juga yang baru pulang memancing ditengah laut menggunakan kapal kayu .
Aktivitas nelayan ini tentu menarik perhatian saya. Pantai Pulau Santen berpasir hitam. Aktifitas menjaring ini merupakan aktifitas sehari hari nelayan di pantai pulau Santen. Di pinggir pantai , saya melihat tiga hingga empat laki laki berotot  dengan tenaga penuh menarik tali secara bersama sama. Pekerjaan menarik tali jaring ini tentu bukan pekerja yang ringan. Saya melihat wajah wajah penuh tekanan.
Secara berkelompok para nelayan ini terus menarik hingga ke sebuah titik, hingga seluruh jaring bisa terbawa naik ke darat. Hasilnya tentu semua hewan laut yang tersangkut jaring. Selain hewan laut, sampah yang ada di pantai juga ikut terbawa. Sayangnya, hasil yang didapatkan seringkali tak banyak.
Di dalam jaring terdapat bermacam macam hewan laut, ada ikan, udang , kuda laut hingga ular laut. Sebagian bernilai ekonomis dan bisa dijual ke pasar, sedangkan yang tidak ekonomis akan dibuang begitu saja ,seperti ikan buntal dan ular laut.
Pantai Syariah Pulau Santen pagi itu memang lebih nampak sebagai pantai nelayan ketimbang pantai wisata. Maklum, saya salah datang , bukan pada waktunya. Walau begitu, saya tetap menikmati pemandangan pantai dan laut yang menarik. Angin yang bertiup kencang, aktifitas ibu ibu nelayan yang mengumpulkan hasil menjaring lalu membawanya ke pasar.
Setelah puas melihat pemandangan di pantai syariah Pulau Santen, saya dan tim kembali ke pusat kota Banyuwangi untuk mencari makanan khas Banyuwangi. Karena belum sempat untuk sarapan pagi, saya dan tim mampir ke sebuah rumah makan .