Hingar bingar pemilu Amerika Serikat (AS)  nampaknya memang ditunggu masyarakat dunia. Ya, sebagai negara adidaya yang punya pengaruh besar kebijakan AS sangat menentukan.  Rupanya hingar bingar pemilu presiden AS juga merembet ke kawasan perumahan saya yang  terpencil di pojok Tangerang.
Dari obrolan iseng lalu berubah jadi debat sengit yang saling membela. Satu pihak setuju dengan  Donal  Trump dan satu lagi membela mati matian Hillary Clinton. Saya sih tidak ikut berdebat. Lha, kenal saja tidak . Yang saya tahu dua orang calon presiden ini cuma dari media. Baca sana baca sini. Lihat TV. Browsing di Internet. Itu saja.
Rupanya, dua kubu yang bersiteru di kawasan kompleks saya juga tidak paham benar siapa kedua calon presiden AS tersebut . Namanya juga mendukung kan tidak ada kewajiban tahu 100% tentang calon yang didukung. Yang penting menurut mereka, hati sreg....cocok...pakai perasaan saja.
Pertarungan kedua kubu di perumahan saya akhirnya berakhir ketika bandul pemilih di AS lebih besar ke Donal Trump. Menguasai suara kemenangan dari kursi US Senate dan US House Representative. Trump unggul dengan angka 276 sedang Hillary terhenti di angka 218.
Jadilah Trump sebagai presiden AS ke 45. Partai Republik dengan meyakinkan menggusur dominasi Partai Demokrat . Barack Obama yang selama dua periode menjadi Presiden tak mampu mempengaruhi publik AS. Walau dikecam habis habisan Trump malah unggul.
Pemilu AS kali ini memang lebih seru. Karena statementTrump yang sering kontroversial. Adanya sentimen anti imigram muslim yang cukup mengemuka membuat kubu Trump mendapat reaksi keras. Sebagian rakyat AS setuju dan sebagian lainnya tak setuju.
Isu muslim diangkat Trump sebagai  bahan jualan kampanye, rupanya cukup membuat namanya cepat sekali tenar di seluruh dunia. Termasuk di kawasan perumahan saya yang terpencil.
Walau sebenarnya, apakah Trump serius dengan ucapannya ketika kampanye ? apakah Trump akan menjadi Presiden AS yang memusuhi muslim ? saya tak tahu. Namun saya tak yakin Trump akan benar benar melakukan penolakan imigram muslim yang akan masuk ke AS.
Nampaknya Trump hanya berupaya menaikkan isu tersebut dimana mayoritas masyarakat AS cukup sensitif dengan isu muslim. Dalam kampanye Trump juga sering menyerang kebijakan dan mempertanyakan kewarganegaraan Presiden Obama.
Itulah isu yang juga terbawa ke kubu pendukung calon presiden AS di perumahan saya. Trump akhirnya jadi pembicaraan seru. Trump digambarkan sebagai calon presiden AS yang akan membawa dunia bergejolak. Walau ISIS telah melemah dan terus dipukul mundur , Trump sebagai presiden AS bisa menggunakan isu ISIS sebagai awal kebijakan luar negerinya.
Apa Yang Akan Dilakukan Trump untuk Indonesia ?