Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Membumikan Budaya Bersih dan Senyum di Etalase Destinasi Wisata

9 Oktober 2016   21:20 Diperbarui: 9 Oktober 2016   21:28 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia negara Indah permai  bak zambrut khatulistiwa , tak ada yang berani  menyangkal , Indonesia negara kaya dengan hasil bumi berlimpah, tak ada yang meragukan, Indonesia negara penghasil sampah nomor dua terbesar didunia,  siapa yang berani  bertanggung jawab ?

Kebersihan masih menjadi masalah besar di negara besar ini. Sampah menumpuk, coretan tangan jahil, kampung kumuh, sungai kotor , pantai kotor hingga gunung kotor. Semuanya masih menjadi  “hiasan” keseharian yang membuat hati miris.

Indonesia negara kotor ? siapapun tak akan rela. Negara yang  dianugrahi keindahan dan kekayaan alam ini seperti menerima “catatan dosa”. Fakta pahit ini harus segera diubah.  Tak boleh ada lagi cerita miring tentang Indonesia yang kotor, namun mudahkah memutus rantai kekotoran yang selama ini dilekatkan di tanah Indonesia yang diberkahi ini.

Tak mudah memang, namun bukan hal yang mustahil. Merubah budaya acuh terhadap kebersihan lingkungan . Karena sejatinya, budaya Indonesia adalah budaya yang perduli dengan kebersihan. Lihat saja catatan sejarah nenek moyang yang menjadikan alam sebagai sahabat, menjadikan alam sebagai sesuatu yang dijaga dan dihormati.

Saya tinggal tak jauh dari sebuah hutan lindung yang dihuni ratusan kera ekor panjang . Hutan lindung yang menjadi habitat kera  tetap lestari, terjaga karena mitos yang mengiringinya. Tak ada satupun warga setempat yang berani menangkap  kera atau mengabil kayu apalagi hingga menebang salah satu pohon  di hutan lindung karena mitos akan terkena “bala” bagi pelakunya. Hutan lindung ini tetap alami sejak puluhan tahun yang lalu. Pohon pohonnya besar tinggi menjulang.

Tokoh masyarakat dan tokoh adat disekitar hutan lindung menjadi penjaga yang disegani. Bilapun orang luar daerah yang datang akan diberitahu apa yang tidak boleh dilakukan didalam hutan lindung. Hingga saat ini, kera ekor panjang tetap menghuni hutan lindung. Kebersihan hutan lindung relatif lebih terjaga karena masyarakat sekitar selalu menganggap hutan lindung dan kera ekor panjang sebagai  wilayah keramat yang tak boleh disembarangi.

Sayangnya, zaman telah berubah. Sebagain besar wilayah yang menjadi  tujuan wisata atau tempat berkumpul banyak orang selalu menjadi wilayah yang kotor dan penuh sampah. Semakin populer sebuah tempat malah semakin kotor dan tak terjaga. Sebagai contoh , semakin populer  gunung Rinjani sebagai destinasi wisata di pulau Lombok.

Gunung Rinjani mendapat rapor merah sebagai gunung terkotor versi survey Komunitas Sapu Gunung. Padahal Gunung Rinjani merupakan gunung  yang telah mendapatkan penghargaan internasional  “World Legacy Award”  pada tahun 2004 dari National Geographic .

Gunung Rinjani juga pernah didapuk  juara pertama selama dua tahun berturut turut pada tahun 2010 dan 2011 Citra Pesona Wisata (CIPTA)karena Rinjani Trek merupakan trek terbaik se-Asia Tenggara. Bahkan pada tahun 2008 Gunung Rinjani masuk sebagai tiga finalis dalam kategori  “Destination Award” yang  diadakan oleh World Tourist and Tourism Council  yang bermarkas di London.

Saat ini Gunung Rinjani malah menjadi gunung terkotor karena ulah para pendaki  yang berbuat sembrono. Gunung Rinjani didaki tak  kurang dari  36.500 orang  yang menghasilkan sampah hingga 160,24 ton. Kurang pedulinya para pendaki terhadap kebersihan merupakan wajah kebanyakan tujuan wisata lainnya. Disaat Indonesia sedang mengejar 20 juta wisatawan mancanegara dengan mengembangkan 10 destinasi wisata baru yang biasa disebut “Bali baru”.

Revolusi Mental dalam Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun