Indonesia negara Indah permai bak zambrut khatulistiwa , tak ada yang berani menyangkal , Indonesia negara kaya dengan hasil bumi berlimpah, tak ada yang meragukan, Indonesia negara penghasil sampah nomor dua terbesar didunia, siapa yang berani bertanggung jawab ?
Kebersihan masih menjadi masalah besar di negara besar ini. Sampah menumpuk, coretan tangan jahil, kampung kumuh, sungai kotor , pantai kotor hingga gunung kotor. Semuanya masih menjadi “hiasan” keseharian yang membuat hati miris.
Indonesia negara kotor ? siapapun tak akan rela. Negara yang dianugrahi keindahan dan kekayaan alam ini seperti menerima “catatan dosa”. Fakta pahit ini harus segera diubah. Tak boleh ada lagi cerita miring tentang Indonesia yang kotor, namun mudahkah memutus rantai kekotoran yang selama ini dilekatkan di tanah Indonesia yang diberkahi ini.
Tak mudah memang, namun bukan hal yang mustahil. Merubah budaya acuh terhadap kebersihan lingkungan . Karena sejatinya, budaya Indonesia adalah budaya yang perduli dengan kebersihan. Lihat saja catatan sejarah nenek moyang yang menjadikan alam sebagai sahabat, menjadikan alam sebagai sesuatu yang dijaga dan dihormati.
Saya tinggal tak jauh dari sebuah hutan lindung yang dihuni ratusan kera ekor panjang . Hutan lindung yang menjadi habitat kera tetap lestari, terjaga karena mitos yang mengiringinya. Tak ada satupun warga setempat yang berani menangkap kera atau mengabil kayu apalagi hingga menebang salah satu pohon di hutan lindung karena mitos akan terkena “bala” bagi pelakunya. Hutan lindung ini tetap alami sejak puluhan tahun yang lalu. Pohon pohonnya besar tinggi menjulang.
Tokoh masyarakat dan tokoh adat disekitar hutan lindung menjadi penjaga yang disegani. Bilapun orang luar daerah yang datang akan diberitahu apa yang tidak boleh dilakukan didalam hutan lindung. Hingga saat ini, kera ekor panjang tetap menghuni hutan lindung. Kebersihan hutan lindung relatif lebih terjaga karena masyarakat sekitar selalu menganggap hutan lindung dan kera ekor panjang sebagai wilayah keramat yang tak boleh disembarangi.
Sayangnya, zaman telah berubah. Sebagain besar wilayah yang menjadi tujuan wisata atau tempat berkumpul banyak orang selalu menjadi wilayah yang kotor dan penuh sampah. Semakin populer sebuah tempat malah semakin kotor dan tak terjaga. Sebagai contoh , semakin populer gunung Rinjani sebagai destinasi wisata di pulau Lombok.
Gunung Rinjani mendapat rapor merah sebagai gunung terkotor versi survey Komunitas Sapu Gunung. Padahal Gunung Rinjani merupakan gunung yang telah mendapatkan penghargaan internasional “World Legacy Award” pada tahun 2004 dari National Geographic .
Gunung Rinjani juga pernah didapuk juara pertama selama dua tahun berturut turut pada tahun 2010 dan 2011 Citra Pesona Wisata (CIPTA)karena Rinjani Trek merupakan trek terbaik se-Asia Tenggara. Bahkan pada tahun 2008 Gunung Rinjani masuk sebagai tiga finalis dalam kategori “Destination Award” yang diadakan oleh World Tourist and Tourism Council yang bermarkas di London.
Saat ini Gunung Rinjani malah menjadi gunung terkotor karena ulah para pendaki yang berbuat sembrono. Gunung Rinjani didaki tak kurang dari 36.500 orang yang menghasilkan sampah hingga 160,24 ton. Kurang pedulinya para pendaki terhadap kebersihan merupakan wajah kebanyakan tujuan wisata lainnya. Disaat Indonesia sedang mengejar 20 juta wisatawan mancanegara dengan mengembangkan 10 destinasi wisata baru yang biasa disebut “Bali baru”.
Revolusi Mental dalam Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS)