Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akuilah Ayah, Aku Ini Anakmu...

13 September 2016   04:34 Diperbarui: 13 September 2016   04:43 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tak mau tahu. Ada perselingkuhan. Ada pembagian ranjang. Ada orang ketiga diantara kedua orangtuaku. Alangkah naif , keturunanku saja tak jelas. Siapa ayah biologisku saja semua saling tunjuk. Semua memberi sangkalan. Menolak .

Saat ini aku bukan anak kecil. Aku adalah ayah dari seorang anak. Aku telah dewasa.  Aku punya kehidupan sendiri. Aku mapan.

Aku tak mau tahu siapa sebenarnya ayah biologisku. Yang aku tahu, lelaki yang tertera didalam surat resmi kelahiranku adalah seorang pria  yang layak aku sebut sebagai : AYAH.

Aku tak ingin berpolemik. Apa yang terjadi diantara kedua orangtuaku puluhan tahun yang lalu. Aku tak tahu. Aku hanya menjawab apa yang” disuratkan” kepadaku lewat sebuah status media sosial. Aku meradang. Aku gelisah. Ketika, lelaki itu secara nyata menuliskan :  Ia hanya punya anak dari pernikahan keduanya. Ia tak mengakui bahwa dalam pernikahan pertamanya ada seorang anak, yang itu adalah diriku.  Aku yang lahir dari sebuah ikatan pernikahan resmi.

Ini aib. Ya, aku sebenarnya malu. Apalagi bila banyak orang harus tahu. Aku juga tak ingin mengganggu kehidupan lelakiyang kini hidup mapan. Lelaki  yang aku ingin panggil ayah. Tapi, alangkah sulitnya itu. Aku hanya menerima tuduhan, aku hanya menerima pengakuan bahwa aku bukan anak biologisnya.

DNA yang Harus Dibuktikan

Pertentangan ini akhirnya menjadi terbuka . Banyak pihak yang ingin tahu dan ingin menilai nilai, mengorek ngorek, meng-investigasi, mewawancarai, mencari tahu apa yang terjadi. Aku jadi malu. Ini aib, ini aib keluargaku. Yang seharusnya tersimpan rapat, terkunci dan bukan tontonan orang banyak.

Tapi, aku butuh kebenaran. Aku butuh pengakuan. Aku butuh kejelasan. Mungkin pahit. Mungkin akan mencoreng wajahku, wajah ibuku, wajah ayahku, wajah keluarga besarku. Aku tak lagi berdaya untuk menolak itu. Semua sudah berjalan, mengalir deras menuju hilir.

Tantangan pembuktian itu bernama tes DNA. Mencari tahu genetik yang aku punya. Apakah didalam sel sel yang ada ditubuhku sama dengan susunan sel  lelaki yang ingin aku panggil ayah ?.   Karena laki laki itu ragu, tak yakin bila aku adalah anaknya.

Aku mengiyakan. Aku menyetujuinya. Biarlah test DNA menjadi hakim yang adil. Hakim yang akan memutuskan, apakah aku benar anak biologis atau anak dari laki laki lain ?

Walau sejatinya, permasalahan genetik ini harusnya sudah terurai ketika aku lahir ke dunia. Seharusnya laki laki itu menyelesaikannya ketika pernyataan itu muncul. Bahwa anak yang lahir dari istrinya yang sah itu diragukan dari dirinya. Bukankah ini sebenarnya permasalah dua manusia dewasa yang ketika itu bertikai. Dan, kini aku harus menanggungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun