Aku jadi gelisah. Rencanaku terlalu lama. Dua temanku masih terus mengajakku berbicara. Mengingatkanku tentang masa kuliah. Masa indah dalam kebersamaan. Ah, kenangan indah itu berkelebatan lagi. Perih itu semakin aku rasakan. Luka itu menganga lagi.
Sial...
Dua temanku menyingkirkan dua gelas kopi yang sudah aku pesan. Perasaannku tak lagi sama dengan tiga menit sebelumnya. Â Aku dirayapi kegagalan. Hari penghukuman terancam batal sore ini.
Lima Detik yang Menghancurkan Rencanaku
Entah malaikat mana yang ikut turut campur . Dua kopi yang aku pesan benar benar diacuhkan. Kedua temanku seperti mampu membaca petaka yang akan aku buat. Keduanya memesan dua minuman pengganti. Â Minuman bersoda dalam botol ukuran sedang. Jelas sudah rencanaku gagal.
Keduanya lalu asik membicarakan rencana pernikahan mereka sebulan lagi. Menunjukkan gedung yang telah mereka pesan. Memamerkan baju pernikahan yang telah mereka beli dan yang paling menyakitkan, kedua bercerita tentang  benih yang sudah mereka tanam dua bulan yang lalu. Mantan kekasihku telah hamil.  Ini pengkhianatan yang paling aku benci. Aku yang tak pernah berbuat lebih , aku yang menjaga kesuciannya agar ia tetap menjadi suci hingga janji pernikahan diucapkan.
Aku marah, dendamku memuncak. Keduanya harus dihukum. Namun , ketika melihat gelas kopi yang aku pesan disingkarkan , aku tak tahan lagi. Aku hampir saja putus asa.
Aku harus tetap kuat. Aku tak boleh menyerah. Rencanaku harus tetap berjalan. Aku menarik nafas dalam dalam lalu mengatur kembali rencana yang harus aku lakukan.Â
Perlahan tapi pasti dua gelas kopi yang aku pesan kembali aku geser di depan kedua temanku. Berharap keduanya tetap meminum kopi khusus yang telah aku laburi serbuk putih. Aku akan menunggu, sepuluh menit , setengah jam bahkan satu jam pun akan aku lakukan. Aku akan bersabar menunggu mangsaku masuk dalam perangkap.
Satu Jam yang Mengakhiri
Percakapan aku dan dua temanku terus berjalan. Setengah jam telah berlalu. Tak ada lagi keraguan, hari penghukuman harus terlaksana. Sore ini . Tak ada pengunduran waktu. Aku kembali menunggu lagi ketika dua temanku meminta izin ke tolilet.