Bulan Agustus memang bulan keramat bagi bangsa Indonesia. Tanggal 17 Agustus 1945 adalah titik tolak perjalanan sebagai negara merdeka. Proklamasi kemerdekaan dibacakan di halaman rumah Bung Karno lengkap dengan menaikkan sang saka merah putih ke udara Jakarta yang saat itu masih dikuasai balatentara Jepang. Saat itu bulan puasa dan hari Jum’at sehingga acara pembacaan teks proklamasi dibuat dengan rentang yang singkat.
Tindakan pada Jum’at pagi itu sejatinya sebuah tindakan heroik . Menyatakan sebuah kemerdekaan sebuah bangsa dengan resiko ‘dihabisi’ Dai Nippon yang masih memiliki senjata lengkap. Namun tekad bulat untuk lepas dari penjajahan tak lagi bisa dibendung.
Banyak pihak yang meramalkan kemerdekaan Indonesia hanya akan seumur jagung. Apalagi bangsa Indonesia lahir di bawah bayang banyang kekuatan militer asing . Memang tak menungggu waktu lama kekuatan Sekutu mendarat di Indonesia . Beralasan hendak melucuti tentara Jepang namun nyatanya tentara sekutu malah membonceng tentara NICA (Belanda)dan berupaya meneruskan penjajahannya .
Tindakan ini menyulut perang revolusi fisik. Perlawanan rakyat Indonesia pecah dimana mana. Pertempuran tak seimbang nyatanya membuat sekutu tak lagi leluasa menguasai tanah Indonesia. Dengan persenjataan terbatas hasil merampas senjata tentara Dai Nippon para laskar rakyat yang dikomandoi para anggota PETA melakukan perlawanan.
Kejadian penting yang terjadi rupanya dicatat didalam sebuah buku yang ditulis Bung Karno sendiri. Sebuah buku perjalanan bangsa yang ditulis pelaku utamanya langsung. Buku dengan judul “Dibawah Bendera Revolusi”. Tentu buku ini menarik perhatiannya saya.
Tak mudah memang mencari buku langka ini. Buku tebal ini memang tak dicetak dalam jumlah banyak. Disusun dan dicetak oleh panitia khusus yang diketuai Muallif Nasution, yang saat itu bertugas sebagai sekretaris pribadi Presiden Sukarno. Buku “Dibawah Bendera Revolusi” ternyata dibuat dalam beberapa jilid. Bahkan disebut sebut hingga 4 jilid.
Saya memang hanya menemukan jilid kedua dirak buku Perpustakaan Kabupaten Tangerang. Buku tebal ini disusun dan dicetak pada tahun 1964. Menggunakan kertas khusus yang berkualitas. Dilengkapi foto hasil repro yang menjadi penguat isi buku. Cover buku ini menggambarkan lukisan pejuang . Menguatkan kesan patriotisme .
Buku ini diawali dengan kata pengantar dari panitia penerbitan buku . lalu teks Proklamasi tulisan tangan Bung karno lengkap dengan coretan . Tahun yang digunakan tahun 05 , tahun perhitungan Jepang.
Buku ini berisi 20 pidato peringatan 17 Agustus Presiden Sukarno selama 20 tahun . Sejak tahun 1946 hingga 1964. Presiden Sukarno bukan saja seorang orator ulung namun juga seorang pemikir jangka panjang yang brilian, bila disimak lebih dalam pidato pidato Presiden Sukarno sangat bernas. Isinya begitu menggugah semangat patriotisme. Ada semangat yang menyala nyala. Optimisme yang padu dengan pikiran genuin seorang pemimpin bangsa.
Pidato peringatan 17 Agustus 1946 hingga tahun 1949 semuanya dilakukan Presiden Sukarno di Yogyakarta. Karena Ibukota pemerintahan dipindahkan sementara karena Jakarta sudah tidak aman lagi ketika tentara sekutu mendarat. Selama empat tahun , isi pidato lebih mengungkapkan semangat dan rasa syukur karena bangsa Indoensia masih bisa mempertahankan kemerdekaannya . Semua kesulitan dan tekanan tentara Belanda yang melakukan manuver militer diungkapkan Presiden Sukarno secara gamblang dan jelas.
Semua upaya mempertahankan kemerdekaan melakukan perundingan diplomasi dengan Belanda jelas tergambar pada pidato Presiden Sukarno . Termasuk ucapan terima kasih atas upaya perlawanan bersenjata yang dilakukan para tentara dan laskar Indonesia yang menunjukkan eksistensi pemerintahan Indonesia masih ada. Presiden Sukarno sempat ditahan dan dibuang pemerintah Belanda ke Brastagi, Prapat dan terakhir di Pulau Bangka dari tanggal 6 Februari 1949 hingga 6 Juli 1949.
Setelah hasil Konfrensi Meja Bundar disepakati dan Pihak belanda secara de jure mengakui kemerdekaan Indonesia . Maka berakhir pula perjuangan bangsa Indoensia secara fisik menghadapi tentara Belanda. Hanya satu masalah yang belum selesai , Papua masih dikuasai Belanda. Kelak hal inilah yang memicu Presiden Sukarno mengumumkan Trikora untuk membebaskan Papua.
Presiden Sukarno memang tipe pemimpin besar bukan bagi bangsanya sendiri saja namun pemimpin dunia yang diakui secara Internasional. Pola pikir yang dimiliki Presiden Sukarno jauh melampaui zamannya. Terlihat dari isi pidato yang diucapkannya. Presiden Sukarno sangat menguasai permasalahan politik dunia. Mengerti bahwa imprealisme menjadi musuh yang harus dimusnahkan dimuka bumi.
Capaian yang tak pernah terlupa adalah berhasilnya Indonesia mengadakan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang menjadi cikal bakalnya perlawanan bangsa bangsa di Asia dan Afrika bahkan di Amerika Latin untuk memperjuangkan nasib bangsanya masing masing keluar dari penjajahan.
Dalam isi pidatonya Presiden Sukarno memaparkan apa gagasannya, kadang idenya yang melampaui pola pikir masyarakat sehingga tidak bisa dimaknai dengan baik orang yang ada dibawahnya. Bahkan kadang salah dimengerti . Itu terlihat pada isi pidato 17 agustus 1961. Bagaimana Presiden mengoreksi apa yang disebutnya salah dalam memaknai Nasakom.
Harus diakui, pidato 17 Agustus yang selalu dilakukan Presiden Sukarno di Istana Negara kecuali setelah Gelora Bung Karno (GBK) dibangun tahun 1963 selalu ditunggu masyarakat Indonesia. Pidato Presiden Sukarno khusus 17 Agustus merupakan pokok pikiran dan juga evaluasi pemerintahan.
Sejak pidato 17 agustus 1959 Presiden Sukarno yang biasa disebut Manifesto Politik (Manipol) segalanya mengalami banyak perubahan . Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang membubarkan Konstituante dan menyatakan berlakunya kembali UUD 1945 .
Inilah tonggak Presiden Sukarno mengambil alih kekuasaan kedalam situasi Demokrasi Terpimpin. Manipol USDEK mulai diterapkan sebagai landasan pemerintah. Penumpukan kekuasaan ditangan Presiden Sukarno membuat keadaan politik memanas. Lawan politik yang tak sejalan dengan semangat revolusi dan bertentangan dengan konsep Manipol USDEK di retooling. Partai Masyumi dan PSI dibubarkan. Tokoh tokoh politik yang berseberangan ditangkap dan dijebloskan kedalam penjara. Walaupun banyak tokoh yang dijebloskan nyatanya adalah teman seperjuagan ketika merintis kemerdekaan tahun 1945.
Setiap tahun pidato 17 Agustus setelah tahun 1959 menjadi babak baru pemerintahan Sukarno yang mengubah gaya kepemimpinan melalui Demokrasi Terpimpin. Keinginan Presiden Sukarno membatasi partai politik nampaknya mendapatkan angin. Tiga kekuatan disatukan dalam satu terminologi Nasional, Agama dan Komunis (Nasakom) .
Sementara agenda besar membebaskan Papua melalui Trikora( Tiga Komando Rakyat) mulai dikenalkan Presiden Sukarno. Pidato 17 agustus 1962 , membawa isu pembebasan papua . Dengan nada berapi api Presiden Sukarno meminta seluruh rakyat Indonesia bersiap untuk mobilisasi. Relawan dilatih dan diterjunkan untuk menembus garis demarkasi musuh.
Sementara disaat yang hampir bersamaan pesta olahraga Asian Games diadakan di Jakarta. Perhelatan Asian Games inilah yang merubah wajah kota Jakarta. Persiapan besar besaran dilakukan dengan membangun GBK, membuka akses Jalan Sudirman, jalan MH Thamrin hingga ke jalan Merdeka selatan.
Bangunan prestisius seperti pusat perbelanjaan Sarinah, Hotel Indonesia, Bundaran HI, Semanggi , Masjid Istiglal , Gedung Telkom dibangun dalam rentang waktu yang hampir bersamaan.
Sarana komunikasi modern seperti televisi juga dibangun, Sejak tahun 1963 TVRI mengudara . Presiden Sukarno juga membangun banyak patung patung dibeberapa titik kota. Yang paling monumental adalah dibangunnya Monumen Nasional setinggi 117 meter dengan emas murni seberat 35 Kg sebagai hiasan api perjuangan.
Pada pidato 17 Agustus 1964 Presiden Sukarno sangat puas dengan apa yang telah dicapai selama ini. Apalagi setelah Papua berhasil direbut dan bergabung sebagai salah satu wilayah RI. Sayangnya, seperti yang diucapkan Presiden Sukarno sendiri, ekonomi Indonesia terus melemah. Barang kebutuhan pokok sulit didapat sehingga menyebabkan harga melambung tinggi. Inflasi tak terkendali. Bahkan sudah mencapai pada tingkat Hiper Inflasi. Pada tahun 1964 Presiden Sukarno mengangkat isu “ganyang Malaysia” melalui perintah Dwikora.
Pondasi ekonomi yang lemah dan tingginya angka kemiskinan membuat Pemerintahan Sukarno mendapatkan kritikan tajam. Keadaan politik juga terus memanas, persaingan tiga kekuatan pendukung pemerintah membuat jalan pemerintahan tidak efisien .
Buku “Dibawah Bendera Revolusi” seperti memberikan jejak jejaknya yang jelas. Presiden Sukarno yang biasa berpidato dalam waktu yang cukup panjang menguraikan hampir seluruh kejadian dan apa yang sedang ia pikirkan.
Mungkin, Presiden Sukarno adalah satu satunya presiden RI yang paling kaya akan ide dan gagasan besar. Lewat pidatonya yang meledak ledak dengan emosi penuh kadang Presiden menyentil pihak lain yang menurutnya menghalangi lajunya Revolusi yang sedang dibangun.
Luapan ide, cita cita, gagasan hingga emosi dapat kita baca dari teks pidato 17 Agustus Presiden Sukarno di buku “Dibawah Bendera Revolusi”. Pokok pokok pikiran Presiden Sukarno bisa kita baca lebih jelas . Dibuku ini pula para generasi muda bisa mengetahui perjalanan bangsa yang dilalui Presiden Sukarno. Bagaimanapun sebagai manusia , Presiden Sukarno memiliki keterbatasan. Selama memimpin banyak prestasi yang ditorehkan sang putra fajar ini , walau ada pula hal yang tidak sejalan dengan dasar negara Pancasila dan UUD 1945. Seperti konsep Nasakom yang tidak sesuai dengan sila pertama Pancasila. Termasuk ditetapkannya Presiden Sukarno sebagai Presiden seumur hidup .
Buku “Dibawah bendera Revolusi” bisa merupakan saksi sejarah yang diam. Namun dalam diamnya buku karya Bung Karno ini seperti bercerita tentang dirinya dan tentu bangsanya yang besar, Indonesia.
Dan itulah yang saya baca dan saya pelajari dari buku bersejarah dan langka ini. Secara pribadi saya dapat melihat kecerdasan Bung Karno , penguasaan masalah internasional hingga saya yakin Bung Karno memang pemimpin dunia. Pengetahuannya yang luas terlihat jelas dalam teks pidatonya. Tegas, jelas dan penuh optimistis.
Selamat hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke-71. Merdeka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H