Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Mengenang Kawasan Senen yang Hampir Terlupakan

10 Agustus 2016   04:26 Diperbarui: 10 Agustus 2016   10:48 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Senen yang semakin modern (dok:pri)

Kawasan ini dulunya awut-awutan. Kotor, kumuh, dan menakutkan. Para penjahat jalanan sering beroperasi di kawasan ini. Dulu walau terhitung sering berada di kawasan ini saya bersyukur tak pernah mengalami tindak kriminal. Mungkin karena saya memiliki teman yang mempunyai warung makan di dalam terminal sehingga saya dikenali sebagai orang "dalam".

Dulu, bila sudah di atas pukul delapan malam, kawasan Terminal Senen sudah sangat rawan. Jangan lengah bila tak ingin jadi sasaran kejahatan. Saat ini Terminal Senen sudah jauh tertata lebih baik. Tak lagi seangker zaman dulu. Yang masih saya ingat, kawasan Terminal Senen menjadi sentra penjualan baju dan aksesoris yang cukup dicari. Tentu untuk orang berkantong terbatas. Penjualnya biasa dipanggil inang-inang. Bila tak ahli menawar dan tak tahu barang, pembeli sering kali kena harga yang tak wajar.

Barang yang ditawarkan memang terlihat asli dan keren, namun sejatinya barang KW alias barang tiruan. Biasanya disebut "barang kapal", barang ilegal hasil selundupan. Bagi penggila fashion yang ingin tampil keren tapi dompet tipis, ya berbelanja di inang-inang mungkin jadi pilihan.

Kawasan Terminal Senen juga memiliki kios buku. Biasanya buku diktat kuliah, kamus, termasuk buku stensilan yang ditawarkan. Menjelang awal kuliah, banyak mahasiswa yang datang untuk mencari buku diktat. Ada yang buku baru ada buku bekas. Tinggal sesuaikan dengan dana yang dimiliki.

Namun, kawasan ini punya sisi negatif, ada orang yang menawarkan buku stensilan porno dan beberapa kartu domino yang isinya gambar XXX. Saya memang pernah menemani seorang teman yang ingin membeli kartu domino XXX. Tawar-menawarnya luar biasa. Cara menjualnya sedikit memaksa sehingga saya cukup emosi. Tapi karena teman saya ini sudah tak sabar, akhirnya dibeli juga kartu domino tersebut, padahal harganya mahal.

Lucunya, setelah membeli kartu domino tersebut, teman saya ini tak berani membawa pulang ke rumah. Takut ketahuan orangtuanya. Tinggal saya yang jadi senewen karena disuruh menyimpan kartu. Seingat saya, kartu itu malah dihibahkan ke saya beberapa minggu kemudian. Saya akhirnya membakar seluruh kartu karena saya jijik melihat gambarnya.

Kawasan Senen yang semakin modern (dok:pri)
Kawasan Senen yang semakin modern (dok:pri)
 Kawasan Senen Saat Ini

Kawasan Senen beberapa kali terkena musibah kebakaran. Bangunan baru sudah dibangun. Tentu, sudah jauh lebih tertata dan lebih modern. Apalagi pengembang kawasan menyambungkan areal Senen Jaya dengan Atrium Mall menggunakan jembatan khusus yang juga berfungsi sebagai toko. Mirip jembatan di Pasar Baru dan Glodok.

Bangunan baru yang dikelola pengembang properti menjadikan kawasan Senen sebagai pusat grosir di mana barang yang dijual dalam partai besar. Produk jam, mainan, alat elekronik, tas, garmen dan berbagai barang asal negeri Tiongkok ada di kawasan Senen Jaya ini. Bagi yang ingin menjajal usaha reseller atau membuka lapak, kawasan Senen bisa menjadi pilihan. Tapi harus ditentukan dan pastikan mau berjualan apa. Jangan datang ke kawasan Senen sebelum yakin akan berjualan produk yang diinginkan. Bisa pusing melihat barang beraneka ragam yang menarik hati.

Kawasan Senen lebih sering didatangi orang luar kota, bahkan luar daerah. Bahkan pedagang asal Papua juga berbelanja di kawasan Senen ini. Keuntungan barang yang dijual di Papua sangatlah tinggi. Saya pernah berbincang secara langsung dengan seorang pedagang yang tinggal di Kota Manokwari. Pria asal Makassar ini berjualan jam tangan dan aksesoris handphone. Keuntungannya per bulan bisa tembus puluhan juta rupiah. Nah, siapa yang mau menjajal berjualan di Papua?

Kue Subuh Kawasan Senen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun